Pulang main bola sore hari, Ricky kecil tak sabar menanti Ayahnya pulang kerja. Berkali-kali ia bertanya pada Ibunya, jam berapa pastinya Ayah pulang. Selama ini ia tidak pernah sepeti itu.
"Ada apa sih, Nak? Tumben kamu tak sabar mencari Ayahmu? Tanya Ibunya heran.
"Ada yang ingin aku tanyakan, Bu. Masalah bola."
Ibunya tak tertarik degan masalah anaknya. Ia cuma tersenyum. Ia cukup tahu anak lakinya itu sama gilanya dalam urusan sepakbola dengan Ayahnya.
Ricky terus sabar menanti. 15 menit kemudian, Ayahnya tiba dari pulang bekerja.
Belum sempat Ayahnya ganti baju dan istirahat, Ricky yang berusia 10 tahun dan terdaftar sebagai anak SSB (Sekolah Sepakbola) di kampungnya, langsung  memberondong Ayahnya dengan beragam pertanyaan.
"Ayah, naturalisasi pemain bola itu apa? Mengapa harus ada naturalisasi? Apa pemain-pemain Timnas kita memang sudah tidak bisa diandalkan? Apa pemain naturalisasi itu sudah pasti bagus? Kalau cari yang bagus kenapa gak sekalian aja naturalsasi itu pemain bintang yang ada di Ajax Amsterdam, MU dan Juventus? Apakah Ricky dan teman-teman Ricky yang ingin jadi pemain bola masih punya kesempatan? Semua teman Ricky bicara tentang naturalisasi dan pemain naturalisasi. Ricky kok jadi bingung, Ayah!"
Wow! Ayah Ricky tersenyum lebar nyaris tertawa. Didudukannya anaknya disampingnya sambil melepas sepatu dan kaus kaki.
"Liberoku, Ayah jawab nanti saat makan malam,yah. Sekarang sudah mau magrib. Ayah dan kamu harus mandi dulu dan ke mushola. Pertanyaanmu bagus. Nanti ayah jawab usai makan malam yah, Nak."
"Oke, Ayah. Siap!"