Mohon tunggu...
Yusuf Harfi
Yusuf Harfi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

In few words, we change the world

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahalnya Sebuah Berita

2 Desember 2012   05:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:19 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan media kini sangat cepat. Di era internet seperti sekarang, berbagai berita dan informasi dapat dinikmati setiap waktu. Berita yang baru saja terjadi pun dapat kita ketahui dalam hitungan jam bahkan hitungan detik Setiap berita peristiwa yang siap disajikan pada masyarakat didasarkan oleh hasil kegiatan peliputan secara langsung di tempat kejadian. Oleh karena itu, jurnalis memegang peran penting dalam sebuah peliputan berita.

Untuk medapatkan sebuah peliputan yang aktual, seorang jurnalis dituntut cepat turun ke lapangan. Sebuah peristiwa pun bisa kapan saja terjadi. Contoh yang mudah, terjadi kebakaran di sebuah pasar di Jakarta, agar peristiwa tersebut dapat disebarluaskan pada masyarakat, jurnalis dituntut untuk cepat menuju lokasi kebakaran.

Ttidak jarang jurnalis mendapatkan halangan ketika akan meliput sebuah peristiwa. Mulai dari harus menuju medan yang sulit, menjadi korban tindak kekerasan, hingga harus ditugaskan di daerah konflik yang dapat membahayakan keselamatannya. Sebagai contoh, pada peristiwa kecelakaan pesawat Sukhoi beberapa waktu yang lalu. Jurnalis bersama tim SAR ikut menyusuri Gunung Salak yang medannya sulit untuk mencari informasi mengenai korban yang hilang. Lantas bagaimana jurnalis yang mendapatkan tugas di daerah yang sedang konflik? Tentu saja hal itu dapat mengancam keselamatannya. Kita tentu masih ingat, dua orang jurnalis Metro TV pernah disandera selama beberapa hari ketiga bertugas di sebuah negara yang sedang konflik, Irak. Semua resiko tersebut dilakukan dalam rangka menjalankan tugas.

Bagaimana dengan perlakuan kekerasan yang menimpa jurnalis? Sepertinya berita tersebut bukan berita baru lagi. Dilansir dari Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), dalam kurun waktu Januari hingga Mei saja telah terjadi 20 kasus kekerasan terhadap jurnalis yang sedang bertugas. Peristiwa yang paling baru, seorang jurnalis harian Riau Post mendapat perilaku kekerasan oleh oknum TNI, ia dicekik dan dipukuli saat meliput peristiwa jatuhnya pesawat Hawk milik TNI di Riau. Aksi solidaritas para jurnalis pun diadakan di berbagai daerah di Indonesia yang mengecam tindakan represif oknum TNI tersebut. Sanksi yang tidak tegas dituding sebagai sebab terus terjadinya kekerasan terhadap jurnalis.

Kejadian tersebut hendaknya menyadarkan kita bahwa agar dapat menyajikan sebuah berita, bukanlah hal yang mudah. Banyak resiko yang harus ditanggung seorang jurnalis dalam rangka mengemban tugasnya tersebut. *)Yusuf Harfi/The Howdy Indonesia

Repost dari: http://thehowdyindonesia.blogspot.com/2012/10/hot-topic-mahalnya-sebuah-berita.html

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun