Tuhan...
Kirim aku seorang presiden
Kerena aku lelah memacari mereka
Mengendapkan wajah-wajah itu jauh di lubuk hati
Menggauli mereka dengan kecakapan
Menyunting gambar-gambar mereka
Yang pecah..
Membuatnya kembaliutuh..
_
Tapi Tuhan..
Aku tak bisa memilih
Nyaliku ciut untuk menyuarakan satu pilihan
Aku terseret ombak keraguan
Ombak kecemasan
Ombak kepalsuan..
Ya....aku terampung di tengahnya
Sementara buih sulit ku ajak berdiskusi
Angin jarang memberi kepastian
Kapal nelayan teramat lugu untukku terangkut..
Tuhan...
Bisikan kalimatmu
Atas takdir yang telah Engkau tulis
Biar aku menimbang-nimbang
Apakah takdir selalu bijaksana
Hingga kepastian itu sungguh telah ada
Jauh sebelum kami berebut suara?
_
Tuhan...
Aku tak ingin menggugat
Jika kelak itu terjadi
Bila ternyata aku gagal memilih
Asal.........................................
Engaku kirimkan yang terbaik..
Buatku...
Buat generasi setelahku...
Dan buat catatan sejarah negeriku.....................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H