Mohon tunggu...
Yusuf Cahyono
Yusuf Cahyono Mohon Tunggu... Freelancer - Suka menulis danembaca

.Hidup Harus Berkontribusi...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Papan Harapan Palsu

22 Januari 2025   10:32 Diperbarui: 22 Januari 2025   10:32 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membaca kabar seorang ibu tertipu membeli buah karena tergoda akan papan harga yang dipasang pedagang. Harga yang tertera terbaca sekilas adalah 2 kg hanya lima ribu rupiah. Sebuah harga yang tentu saja menggiurkan bagi para ibu. Lumayan bisa untuk memangkas pengeluaran.

Namun fakta kemudian adalah ibu tersebut harus membayar empat kali lipat dari yang semestinya.  Setelah ada adu argumen dengan membawa papan harga ibu tersebut baru paham dengan kekeliruannya dalam membaca secara saksama. Ada angka lain dan tanda  garis miring yang tertulis kecil disana.  Bukan 2 kilogram namun setengah kilo gram.  

Merujuk pada jurus jualan maka itulah yang kemudian sering dianggap sebagai marketing. Sebuah teknik bagaimana membuat dagangan laku atau laris.  Dengan papan yang mencolok dan mengaduk aduk rasa ingin membeli bagi konsumen yang melintas. Teknik berjualan yang  menimbulkan magnet orang untuk berhenti meski terasa membagongkan itu. Setidaknya ada calon pembeli yang kemudian berhenti dan memilih. Terlepas adanya kelanjutan transaksi jual beli atau tidak.

Meski tidak berdampak terlalu buruk bagi calon pembeli teknik seperti ini sebaiknya tidak menjadi alternatif sebagai cara penglaris. Masih  banyak yang bisa digunakan seperti penataan barang dagangan yang rapi atau memberikan diskon yang masuk akal jika membeli banyak. Pesan papan harga tersebut semestinya sebagai petunjuk yang jelas bukan justru menyesatkan.  Sebuah awal yang buruk bagi mentalitas bisnis. Belum menjalin hubungan yang baik antara penjual dan calon konsumennya agar loyal atau kembali namun sudah menitipkan harapan palsu.

Bisa dibayangkan bagaimana konsumen tersebut kemudian ada kekecewaan  atas harapan di depan mata. Menikmati buah  yang lezat dengan harga murah. Menunda perjalanan dan bersedia parkir  untuk sebuah pesan yang ternyata laknat itu.  Berjualan dengan menjaga etika adalah sebuah proses perjalanan bisnis yang baik. Bagaimana menjalin hubungan yang baik di awal adalah harapan untuk di lain waktu.  Kejujuran mutlak menjadi  salah satu mental calon pebisnis yang handal .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun