Mohon tunggu...
Yusuf Cahyono
Yusuf Cahyono Mohon Tunggu... Freelancer - Suka menulis danembaca

.Hidup Harus Berkontribusi...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih Sayang yang Tak Berbatas

15 Agustus 2014   16:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:29 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pagi ini aku melihat wanitacantik di taman.Dia membawa anjing imutnya yang berbulu putih menyusuri kelokan jalan diantara bunga bunga yang belum merekah sempurna. Kegembiraannya seperti tengah ia bagi dengan binatang itu. Mengajaknya berlari lari kecil dan sesekali menghela nafas panjang. Udara yang masih sejuk serasa mengaliri paru parunya yang rindu akan oksigen yang perawan. Kepada pohon-pohon yang tinggi mereka menemukan riuhnya desiran angin yang menggugurkan sebagian daunya yang mengering.Sebuah keindahan yang menyusup ketika negeri ini tak memiliki musim gugur.

Aku terpana. Kepada anjing putih yang mungil perempuan itu bisa merasakan kehadiran kasih sayang. Kepada yang hidup meski itu bukan berwajah manusia.Ia bisa merasakan sentuhan-sentuhan untuk berbagi cinta dan sayang. Ah..apakah itu bukan hal yang mubazir? Apakah kasih sayang itu bisa dilafalkan dengan kata-kata? Bukankah ia hanya akan dicerna sebatas insting semata?

Barangkali aku keliru untuk meneguhkan pendirian tentang hal ini.Karena pernah aku dengar, seekor anjing menangis dengan beruarai air mata meski tak menetes ketika dimarahi, atau ketika ada salah seorang kerabat majikannya meninggal.Dan pernah jugaseeokor anjing mendadak jadi pahlawan ketika ikut menyebarangkan anak majikannyaketika sendirian di jalan raya.Rasanya mengkontakan makna cinta hanya kepada yang berwajah manusia tidaklah adil.Kepada mereka yang hanya dibekali insting, namun mereka bisa begitu mulianya mengabdikan diri.

Wanita cantik dengan anjingnya yang berwarna putih di taman pagi ini, aku bisa menghirup nafas lebih panjang. Untuk sekali kali meluaskan kasih sayang itu kepada apapun wujudnya. Bahkan kepada batu sekalipun.Ruang untuk memiliki cinta kasih sayang janganlah disekat-sekat oleh obyek kepantasan.Bahwa mustahil kita akan tulus membagi kasih sayang yang dianugerahkan tuhan itu kepada manusia, selama kita masih bengis kepada makluk yanglain.

Tak lama setelah puas bercengkerama dengan keindahan dan kesejukan pagi, ia membuka kedua tanganya. Mengarahkannya ke anjing kecil itu. Dan seketika peliharaannya itupun berlari mendekat.Dengan senyum merekah bersama bunga-bunga yang mulai dicumbu sinar yang jatuh,,,ciuman itu mendarat. Mendekat erat anjing berbulu putih itu dan melangkah jauh.Kini aku sendirian tanpa kutipan kata yang bisa kuberikan.Namun kini aku ingin memulai mencinta dan membagi kasih sayang itu tanpa butuh prioritas. Rasanya itu kuncinya untuk bahagia.Menebar cinta dan sayang kepada apapun, dan siapapun... dari situ rasanya wajah wajah bengis yangsering disebut manusia itu barangkali akan menemukan kemuliaannya... bukan status, namun realita yang berkali-kali diulang sebagai identitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun