Mohon tunggu...
Yusuf Cahyono
Yusuf Cahyono Mohon Tunggu... Freelancer - Suka menulis danembaca

.Hidup Harus Berkontribusi...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kurikulum Itu Lebih Mudah Ternyata

20 Agustus 2014   18:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:03 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak bergulirnya kurikulum 13, menyimak pelajaran anak saya yang masih kelas dua sekolah dasar terasa lebih ringan.Hanya butuh kreatifitasyang lebih untuk menyelesaikan tugas tugas tersebut.Tidak sesulit waktu kelas satu dahulu, yang penuh dengan hitungan yang bilangannya sudah cukup besar.

Pelajaran anak anak lebih gampang.Namun sangat dituntut keberanian mengekplor diri sendiri,keratifitas dan daya kreasi untukmemahami isi pelajaran.Guru yang mampu mengarahkan anak didiknya untuk lebih aktif dan terlibat langsung dalam suasana diskusi.Tentu ini menjadikan iklim belajar mengajar tak lagi satu arah.Guru yang menyuruh nyuruh dan murid mengerjakan. Namun guru yang mampu membawa anak untuk tergugahberperan aktif dalam mewarnai prosesbelajar mengajar.

Karena dibutuhkan pemahamanyang lebih, makaketerlibatan orang tua untuk membantu anak-anaknya mengerjakan tugas pekerjaaan rumah menjadi keharusan.Awalnya terasa merepotkan sekali,karena setelah sibuk dengan segala aktivitas, sorenya harus ikut berkerut memikirkan jawaban bagi si kecil. Namun itulah, ketika interaksi ini berulang, tentu menjadi momen berharga.Saat orang tua menjadi pendamping teman belajarnya si kecil.



Mau tak mau kini,orang tua sepertiguru pengganti ketika anak-anakbelajar di rumah. Orang tua yang ikut menjadi kunci jawaban bagi setiap kesulitan yang ditemui anak-anaknya.Kurikulum tiga belas yang pernah tersendat sendat ketika hendak diterapkan semoga berakhir dengan manis.Hakikat belajar adalah meningkatkan rasa ingin tahu anak dan mengembangkan kemandirian anak. Keratifitas yang diberi ruang selebar lebarnya, juga menempatkan anak didiksebagai bagian yang aktif dalam proses belajar dan mengajar. Kita tinggal menunggu beberapa tahun ke depan. Ada perubahan besar,anak anak yang tumbuh percaya diri, kreatif, mampu memahami persoalan dengan kemampuan komunikasi yang baik. Juga lompatan besar tentunya, ketika mereka merasa berharga ketika sering dilibatkkan dalam proses belajar di sekolah. Tak hanya serupa gentong yang terbuka untuk dicurahi air terus menerus, namun serupa kincir air yang dinamis untuk mengalirkan ilmu ke dalam juga lingkungannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun