Mohon tunggu...
Yusuf Dary Ahnaf
Yusuf Dary Ahnaf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penyakit Bercak Daun pada Bibit Kelapa Sawit dan Cara Pengendaliannya

20 Desember 2023   09:50 Diperbarui: 20 Desember 2023   10:14 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Tingkat keparahan penyakit bercak daun sedang (kiri) dan bercak daun parah (kanan) - Dokpri

Negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia saat ini diduduki oleh Indonesia.  Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2021), produksi minyak sawit dari seluruh wilayah Indonesia mencapai 45,1 juta ton dengan luas lahan total yaitu 14,62 juta hektar. Data lima tahun terakhir terus mengalami kenaikan hingga sekarang baik itu data produksi dan luasan lahan perkebunan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan naiknya produktivitas minyak kelapa sawit yaitu penggunaan bibit yang unggul. Ketersediaan bibit unggul dapat terpenuhi apabila selama proses penyediaan bibit dilakukan secara benar. Akan tetapi, pada saat proses pembibitan sering kali terdapat kendala yaitu serangan penyakit pada saat main-nursery. Serangan penyakit yang sering terjadi merupakan akibat dari jamur patogen Curvularia sp. yang menyebabkan penyakit bercak daun pada bibit kelapa sawit. Sebanyak 38% serangan penyakit yang terjadi pada main-nursery disebabkan oleh jamur patogen Curvularia sp. (Solehuddin, dkk., 2012; Usodri, dkk., 2022).

Faktor penyebab tingginya serangan penyakit bercak daun yaitu karena proses pindah tanam yang terlambat dari pembibitan awal ke main-nursery (Usodri dkk., 2022). Hal tersebut menyebabkan semakin rapatnya jarak antar tanaman sehingga antara dedaunan bibit saling tumpang tindih sehingga menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban pada lingkungan sekitar pembibitan pre-nursery (Nurchalidah dkk., 2019). Ditambah lagi penyakit ini mudah menyebar dari daun bibit satu ke daun bibit lain dengan dibantu oleh hembusan angin, percikan air hujan, dan perpindahan serangga. Penyakit bercak daun dapat menyebabkan kematian dan kerusakan berat pada daun sehingga pertumbuhan bibit kelapa sawit menjadi terhambat karena terganggunya proses fotosintesis bibit yang menyebabkan tidak tercukupinya fotosintat untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan bibit (Priwiratama dan Widiyatmoko, 2022).

     Pupus daun muda baik yang masih tertutup maupun yang sudah terbuka dapat terinfeksi penyakit bercak daun dengan gejala yang dapat langsung terlihat secara visual yaitu dimulai dengan kemunculan bintik-bintik berwarna kecoklatan yang berkembang menjadi bercak nekrotik berwarna coklat tua dengan tepian berwarna kekuningan. Warna gelap ditunjukkan pada bagian tengah yang terkadang dijumpai titik keputihan di pusat bercak. Tingkat keparahan yang tinggi dapat menyebabkan helai daun mengering karena bercak-bercak tersebut bertambah banyak dan membesar hingga menyatu antara bercak satu dengan bercak yang lain. Menurut hasil penelitian Andini, dkk. (2022) menunjukkan bahwa intensitas serangan penyakit bercak daun dapat terjadi pada bibit berumur 4 bulan sampai dengan 8 bulan, dengan intensitas serangan tertinggi ditunjukkan pada bibit berumur 8 bulan dengan intensitas 28,75%. Oleh karena itu, perlu beberapa upaya untuk mencegah dan mengatasi terjadinya serangan penyakit bercak daun.

 

Penanganan bibit kelapa sawit yang terserang penyakit bercak daun dapat dilakukan dengan pelbagai upaya antara lain dengan pemberian pelbagai fungisida (Priwiratama dkk., 2023), penggunaan fungisida nabati (Yusup dkk., 2023), penggunaan energi foton (radiasi sinar) (Priwiratama dan Widiyatmoko, 2022), pengendalian secara mekanis dapat diterapkan apabila penyakit bercak daun muncul hanya pada ujung helai daun sehingga dengan dilakukan pemotongan daun untuk mengurangi penyebaran penyakit tersebut (Afriliya dan Fajar, 2019), dan pengendalian secara agronomis dapat dilakukan dengan pengaturan jarak bibit dan pemberian nutrisi yang cukup pada bibit kelapa sawit. Pengaplikasian pupuk majemuk NPK dengan takaran 50% dari rekomendasi sudah dapat memacu pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan optimal pada main-nursery (Adnan dkk., 2015; Usodri dkk., 2022). Akan tetapi bibit kelapa sawit yang sudah terserang penyakit bercak daun dapat diberi pupuk booster untuk mengoptimalkan pertumbuhan. Menurut Usodri dan Utoyo (2021) pemberian pupuk KNO3 dengan konsentrasi 4% pada saat pre-nursery dapat memacu pertumbuhan bibit kelapa sawit. 

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Usodri dkk. (2022) yaitu penggunaan pupuk KNO3 4% dan NPK mutiara 5 gram dengan frekuensi pengaplikasian setiap minggu dapat memberikan hasil pertumbuhan tertinggi. Pertumbuhan bibit yang baik mampu menjaga imun dari bibit tersebut sehingga tidak mudah terserang penyakit seperti bercak coklat. Pemberian nutrisi dengan unsur nitrogen dan kalium yang cukup mampu mencegah bibit semakin melemah dan mengarah pada kematian sehingga tingkat keparahan penyakit dapat ditekan (Usodri dkk., 2022).

Penyakit bercak daun pada tanaman kelapa sawit disebabkan oleh jamur patogen Curvularia sp. yang intensitas serangannya mencapai 38% pada saat main-nursery. Penyebab utama tingginya intensitas penyakit bercak daun yaitu terlambatnya pindah tanam pada saat main-nursery, sehingga daun bibit terlalu rimbun yang mempengaruhi suhu dan kelembaban lingkungan sekitar bibit. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu dapat dengan penggunaan fungisida, radiasi sinar, dan secara agronomis. Secara agronomis yaitu dengan memberi nutrisi makro tanaman (NPK) yang cukup serta ditambah booster dengan menggunakan larutan KNO3 sebanyak 4%. Pemberian nutrisi tersebut dilakukan dengan interval waktu seminggu sekali.

Yusuf Dary Ahnaf dan Sundahri

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember

Korespondensi:  Sundahri.faperta@unej.ac.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun