Bela negara adalah kewajiban setiap warga negara untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan serta kemakmuran bangsa. Di Indonesia, semangat bela negara harus dimaknai dengan lebih luas, bukan hanya dalam konteks fisik, tetapi juga dalam konteks sosial, ekonomi, budaya, dan teknologi. Terlebih lagi, di tengah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta globalisasi yang semakin meluas, bela negara menjadi semakin kompleks. Kini, tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan (TAHG) yang dihadapi oleh bangsa Indonesia tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam negeri. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia dalam bela negara di era Revolusi Industri 4.0, serta bagaimana kita bisa menjawabnya untuk mencapai kemakmuran bangsa.
1. Dinamika IPTEK dan Globalisasi sebagai Pisau Bermata Dua
Perkembangan teknologi informasi, digitalisasi, dan globalisasi memberikan dampak yang sangat besar terhadap kehidupan sosial dan ekonomi Indonesia. Di satu sisi, kemajuan IPTEK membuka peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mempercepat akses informasi, serta memajukan sektor-sektor ekonomi seperti e-commerce, industri kreatif, dan layanan digital. Namun, di sisi lain, kemajuan ini juga membawa ancaman yang harus dihadapi.
Globalisasi membawa dampak pada semakin terbukanya arus informasi dan barang dari luar negeri yang mengarah pada persaingan yang semakin ketat, baik dalam bidang ekonomi maupun budaya. Di bidang ekonomi, produk-produk impor yang lebih murah dapat mengancam industri lokal. Selain itu, munculnya fenomena budaya asing yang lebih dominan di dunia maya dapat mempengaruhi pola pikir generasi muda Indonesia, yang mengarah pada hilangnya jati diri bangsa.
Di sisi lain, perkembangan teknologi juga menciptakan ancaman baru dalam bentuk kejahatan siber (cybercrime), yang dapat merusak sistem ekonomi, pemerintahan, bahkan merusak keamanan negara. Serangan siber yang terus berkembang menuntut kesiapsiagaan negara dalam melindungi infrastruktur kritis dan data sensitif.
2. Tantangan dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan otomatisasi, internet of things (IoT), big data, dan kecerdasan buatan (AI) membawa dampak besar terhadap cara hidup dan bekerja masyarakat. Meskipun memberikan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, era ini juga menimbulkan tantangan serius, terutama dalam hal pengurangan tenaga kerja manusia akibat otomatisasi, serta kebutuhan untuk membekali generasi muda dengan keterampilan yang relevan.
Pendidikan menjadi kunci utama untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menghadapi tantangan ini. Oleh karena itu, lembaga pendidikan seperti Universitas Islam Sultan Agung Semarang (UNISSULA) memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang semakin terhubung dengan teknologi.
Selain itu, Revolusi Industri 4.0 juga memunculkan masalah baru dalam hal keadilan sosial. Perbedaan akses terhadap teknologi dapat memperlebar kesenjangan antara daerah yang maju dan daerah yang tertinggal, antara individu yang memiliki kemampuan untuk mengakses teknologi dan mereka yang tidak. Hal ini dapat memperburuk ketidakadilan sosial di Indonesia jika tidak ada upaya nyata untuk meratakan akses terhadap teknologi dan pendidikan.
3. Ancaman Non-Fisik dan Multidimensional
TAHG yang dihadapi bangsa Indonesia tidak hanya berupa ancaman fisik, tetapi juga ancaman non-fisik yang sering kali sulit dideteksi. Ancaman ini dapat berupa ideologi yang merusak persatuan bangsa, seperti radikalisasi dan ekstremisme, yang berpotensi memecah belah bangsa. Selain itu, adanya informasi palsu atau hoaks yang menyebar dengan cepat melalui media sosial juga dapat memicu ketegangan sosial dan mengganggu stabilitas nasional.