Peran UN Women dalam mengatasi masalah kekerasan seksual akibat konflik, seperti yang terjadi dalam konflik antara Ukraina dan Rusia, sangat penting dan multifaset. Dalam konteks ini, UN Women berfokus pada perlindungan perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual di zona konflik. Mereka berupaya untuk memberikan dukungan kepada perempuan melalui berbagai program yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran akan hak-hak perempuan dan menyediakan akses ke layanan kesehatan serta dukungan psikologis. Melalui pelatihan bagi penyedia layanan, UN Women berusaha memastikan bahwa korban mendapatkan bantuan yang sesuai dan sensitif terhadap kebutuhan mereka. (Suri, 2020).
UN Women juga berperan dalam memperkuat kerjasama antar lembaga, baik di tingkat lokal maupun internasional. Dalam situasi konflik, sering kali terdapat tantangan dalam koordinasi antara berbagai organisasi yang terlibat dalam penanganan kekerasan seksual. UN Women berfungsi sebagai jembatan untuk memfasilitasi komunikasi dan kerjasama antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil. Dengan cara ini, mereka dapat menciptakan jaringan dukungan yang lebih kuat bagi korban kekerasan seksual. UN Women juga aktif dalam advokasi kebijakan untuk melindungi perempuan dari kekerasan seksual di daerah konflik. Mereka mendorong pemerintah dan lembaga internasional untuk mengadopsi undang-undang dan kebijakan yang lebih ketat terkait perlindungan perempuan. Hal ini termasuk mendorong implementasi resolusi Dewan Keamanan PBB yang berkaitan dengan perempuan, perdamaian, dan keamanan, yang menekankan pentingnya perlindungan perempuan dalam situasi konflik. Penting untuk dicatat bahwa upaya UN Women tidak hanya terbatas pada penanganan kasus-kasus kekerasan seksual setelah kejadian terjadi. Mereka juga bekerja proaktif untuk mencegah kekerasan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu gender dan kekerasan berbasis gender. Melalui kampanye pendidikan dan program-program advokasi, UN Women berusaha mengubah norma-norma sosial yang mendukung kekerasan terhadap perempuan, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi semua. (Banuarli, 2021) Â
Kesimpulan
Konflik antara Ukraina dan Rusia telah memunculkan dinamika geopolitik yang rumit, mengubah tatanan keamanan Eropa dan memengaruhi keseimbangan kekuatan global. Invasi Rusia pada Februari 2022 tidak hanya memperdalam keterlibatan NATO di kawasan, dengan Swedia dan Finlandia yang sebelumnya netral kini bergabung, tetapi juga memicu lonjakan belanja pertahanan di negara-negara Eropa. Di sisi lain, isolasi Rusia akibat sanksi ekonomi besar-besaran yang diterapkan oleh Barat, termasuk pembatasan akses ke sistem keuangan global dan embargo energi, memaksa Moskow untuk mempererat hubungan dengan Tiongkok serta negara-negara Global South yang enggan berpihak secara eksplisit. Konflik ini juga berdampak besar pada rantai pasokan global, di mana gangguan ekspor gandum dan bahan pangan dari Ukraina memicu krisis di negara-negara berkembang, sementara melonjaknya harga energi memperburuk inflasi di seluruh dunia. Â Konflik ini menjadi ajang uji coba teknologi militer modern, seperti drone dan senjata presisi tinggi, yang tidak hanya memengaruhi jalannya konflik tetapi juga mendikte perkembangan teknologi perang di masa depan. Solidaritas Barat terhadap Ukraina, melalui bantuan militer dan diplomatik, memperkuat posisinya di panggung internasional, namun juga menimbulkan reaksi keras dari Rusia yang berusaha mencari sekutu baru di antara negara negara seperti Iran dan Korea Utara. Dalam konteks domestik, Rusia menghadapi ketegangan internal berupa protes anti-perang dan gelombang emigrasi, sementara Ukraina menjadi simbol perlawanan terhadap agresi, memperkuat dukungan global terhadap prinsip kedaulatan negara. Konflik ini juga mempercepat pergeseran menuju dunia multipolar, di mana negara-negara seperti India dan Turki memanfaatkan netralitas mereka untuk memainkan peran mediasi dan memperkuat pengaruh geopolitik mereka. Dengan semua dampak ini, perang antara Ukraina dan Rusia bukan sekadar konflik regional, melainkan katalis perubahan tatanan global di tengah persaingan ideologi, ekonomi, dan militer pada abad ke-21.
Daftar Pustaka
Banuarli, N. A. (2021). Upaya Penghapusan Kekerasan Seksual Melalui Implementasi Program Pemberdayaan Perempuan. Journal of Gender and Children Studies.
Bustomi, A. G. (2024). Implikasi Revolution in Military Affairs pada Perang Rusia-Ukraina 2022 terkait Kepentingan Geopolitik Keamanan Regional Amerika Serikat di Ukraina. MONDIAL JURNAL HUBUNGAN INTERNASIONAL, 5.
 Muhaimin. (2024, November 18). Respons Moskow usai AS Izinkan Ukraina Serang Rusia dengan Rudal Jarak Jauh Amerika. Retrieved from international.sindonews.com: https://international.sindonews.com/read/1490065/41/respons-moskow-usai-as-izinkan ukraina-serang-rusia-dengan-rudal-jarak-jauh-amerika-1731899467Â
Oktarianisa, S. (2022, Maret 04). Kronologi dan Latar Belakang Konflik Rusia dan Ukraina. Retrieved from cnbcindonesia.com: https://www.cnbcindonesia.com/news/20220304134216-4 320044/kronologi-dan-latar-belakang-konflik-rusia-dan-ukraina
 RagamInfo. (2023, Juni 16). 3 Latar Belakang Penyebab Perang Rusia dan Ukraina. Retrieved from kumparan.com: https://kumparan.com/ragam-info/3-latar-belakang-penyebab-perang-rusia dan-ukraina-20bxhcciP3x/1Â
Suri, G. A. (2020). 202030PERANAN UNITED NATIONS WOMENDALAM MENGATASITINDAK KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DIINDONESIA TAHUN 2016-2017. Jurnal Politik Indonesia Dan Global, 33.Â