Kekuasaan pada baju tradisional baju tradisional memiliki makna budaya yang khas dalam suatu masyarakat. Pakaian ini mencerminkan suatu sejarah, nilai nilai, dan identitas dari suatu bangsa contohnya:
Pakaia atau kain ulos: Ulos adalah kain tradisional dari masyarakat batak di Indonesia, khususnya di daerah Sumatra utara. Pakaian ulos memiliki makna dan ritual yang dalam, dan sering digunakan dalam acara pesta pernikahan ataupun upacara adat
Ulos memiliki makna simbolis, seperti perlindungan, kasih sayang, dan penghormatan. Penggunaan ulos dalam acara penting menunjukkan kedekatan dan ikatan sosial antar anggota masyarakat.
Ulos bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga simbol identitas budaya dan warisan masyarakat Batak. Kain ini berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan spiritual, mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
Kebaya: pakaian adat perempuan yang berasal dari Jawa yang dipakai untuk perempuan, kebaya merupakan bagian penting bagi warisan budaya Indonesia, kebaya juga melambangkan keanggunan dan keindahan.
Fungsi dalam Upacara dan Tradisi
Baju tradisional biasanya dikenakan dalam upacara adat, perayaan, dan acara penting. Misalnya, pakaian pengantin di berbagai budaya sering kali memiliki desain yang kaya akan simbolisme dan tradisi.
 Pengaruh Globalisasi
Dengan globalisasi, baju tradisional sering kali beradaptasi atau digabungkan dengan mode modern. Munculnya desain yang memadukan elemen tradisional dengan gaya kontemporer dapat memperkenalkan baju tradisional kepada audiens yang lebih luas
Pentingnya Pelestariai
Pelestarian baju tradisional sangat penting untuk menjaga identitas budaya. Banyak komunitas berupaya untuk mengajarkan cara membuat dan mengenakan baju tradisional kepada generasi muda agar warisan budaya tetap hidup.
Prestasi kain ulos
Salah satu prestasi Ulos di kancah dunia adalah Ulos Harungguan yang meraih penghargaan dari World Crafts Council (dewan kerajinan dunia) pada tahun 2018 yang berafiliasi dengan UNESCO. Selain itu juga Ulos Harungguan menjadi souvenir dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Washington DC dan Bali. Yang menjadi nilai penting Ulos Harungguan dengan kain Ulos lainnya adalah tidak ada pengulangan motif dalam proses pembuatannya, dan pada masa lampau Ulos Harungguan hanya dipakai oleh raja dan kalangan terpandang. Hal ini lah yang menjadikan Ulos Harungguan memiliki nilai
lebih tinggi dibandingkan jenis Ulos lain.
Melihat fakta-fakta bahwa Ulos ini sangat berpotensi dan dapat menjadi industri yang menjanjikan tanpa melupakan nilai budaya dan historisnya. Namun sangat disayangkan kondisi para penenun Ulos yang bisa berkarya namun tidak tahu memasarkannya. Salah satu orang yang peduli terhadap Ulos adalah Torang Sitorus (Perancang busana Internasional dan kolektor Ulos) mendampingi para partonun. Dengan harapan Ulos segera menjadi warisan dunia (world heritage) maka kemudian akan muncul berbagai perhatian yang lebih terhadap Ulos. Dilihat dari sisi adat, Ulos tetap menjaga nilai historisnya dan tetap menjadi bagian acara adat namun untuk tetap melestarikan dan mensejahterakan partonun di industri ekonomi Ulos dengan motif yang lain dapat dijadikan berbagai kreativitas dan tampil di kancah dunia.
Kesimpulan: kita harus tetap melestarikan kebudayaan untuk menjaga warisan kebudayaan dan nilai nilai yang ada dengan adanya pelestarian kebudayaan dapat menyatukan bangsa Indonesia, menjaga identitas Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H