Mohon tunggu...
yusuf ageng
yusuf ageng Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

mahasiswa harus bisa menyuarakan isi kepalanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keislaman dalam Nasionalisme

27 November 2023   20:20 Diperbarui: 27 November 2023   20:44 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam adalah ajaran agama yang datang dari Allah SWT melalui para nabinya untuk menyebarkan agama Islam. Islam sendiri mengedepankan perilaku menjaga negara sebagaimana tertuang dalam lirik lagu Ya Lal Wathan yaitu hubbul Wathan minal iman yang artinya mencintai tanah air adalah sebagian dari iman. Islam dan nasionalisme merupakan dua hal yang  sama pentingnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Islam yang hadir dalam nasionalisme kerap dijadikan faktor identitas dalam konstruksi negara-negara  mayoritas  Muslim. Negara-negara seperti Indonesia, Mesir, Turki dan Pakistan memiliki  mayoritas komunitas Muslim dan Islam adalah bagian penting dari identitas nasional. Nilai-nilai Islam seperti persaudaraan, keadilan sosial, dan persatuan umat manusia dapat menjadi landasan yang kuat dalam membangun persatuan bangsa. Sementara itu, nasionalisme merupakan sebuah konsep yang mengedepankan jati diri dan kesetiaan terhadap suatu negara atau bangsa. Nasionalisme muncul sebagai reaksi terhadap penjajahan dan kolonialisme pada abad ke-18 dan ke-19 dan menitikberatkan pada kebanggaan terhadap identitas nasional, bahasa, budaya dan sejarah, dan nasionalisme juga dapat  memperkuat solidaritas dan persatuan dalam suatu negara. Nasionalisme juga dapat menjadi sarana untuk mempertahankan dan memperkuat identitas dan eksistensi umat Islam di negara-negara  mayoritas  non-Muslim. Nasionalisme dapat digunakan sebagai alat untuk melindungi dan memajukan hak-hak umat Islam serta memperkuat persatuan  dalam masyarakat yang heterogen.  Bagi seluruh umat Islam, Sunnah Nabi adalah mencintai tanah air serta nasionalisme dan patriotisme. Dalam hal ini diketahui bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam  sangat mencintai tempat kelahirannya yaitu Makkah, dan juga sangat menyukai tempat beliau berkiprah setelah berdakwah. hijrah yaitu Madinah. Selain Nabi Muhammad SAW, Nabi Ibrahim juga sangat mencintai negara tempat beliau tinggal. Nabi Ibrahim selalu berjuang dan  berdoa demi keberhasilan dan kesejahteraan negaranya. Pemahaman yang baik tentang hubungan  Islam dan nasionalisme penting bagi masyarakat saat ini. Keduanya berperan penting dalam membentuk identitas individu dan sosial. Pemahaman nilai-nilai Islam yang mengajarkan kasih sayang, perdamaian dan persaudaraan dapat membantu memperkuat nilai-nilai nasionalisme yang positif seperti persatuan dan kebanggaan terhadap tanah air. Namun, penting juga  untuk menghindari penyalahgunaan nasionalisme yang dapat berujung pada diskriminasi atau intoleransi terhadap kelompok agama atau etnis tertentu. Sebagai individu maupun sebagai masyarakat hendaknya kita berusaha memahami dan menghormati perbedaan serta memastikan bahwa nasionalisme  kita  tidak mengorbankan nilai-nilai universal yang diajarkan  agama Islam. Kita harus mampu menjaga diri dari persepsi-persepsi yang menyimpang dari pemahaman agama Islam yang sebenarnya. Hal ini dapat kita capai melalui berpikir kritis, pertama dengan memilah informasi yang beredar di media sosial, karena  banyak  orang yang menyebarkan pahamnya sendiri yang sangat jauh dari  agama Islam itu sendiri. Jika kita bisa melindungi diri dari anggapan menyimpang tersebut, maka kita bisa hidup damai dengan mengikuti nilai-nilai agama yang kita yakini. Selain berpegang teguh pada ajaran agama yang kita yakini, hal ini meningkatkan religiusitas kita terhadap agama tersebut dan  membuat kita takut akan tindakan-tindakan yang menyimpang dari ajaran agama yang kita anut, sehingga kita bisa jauh lebih berhati-hati dalam bertindak. , berperilaku dan berbicara. Kenyataannya, hubungan antara Islam dan nasionalisme seringkali saling mempengaruhi dan bergantung satu sama lain. Di sisi lain, Islam dapat memberikan landasan moral dan nilai-nilai yang kuat untuk memperkuat persatuan bangsa. Nilai-nilai agama Islam seperti keadilan, kesetaraan, dan persatuan  dapat menjadi landasan yang kuat dalam membangun negara yang adil dan harmonis. Di sisi lain, nasionalisme juga dapat memberikan kerangka  penting dalam membangun identitas nasional yang kuat. Nasionalisme dapat mendorong persatuan dan kesatuan antar kelompok etnis dan agama yang berbeda di suatu negara. Dalam hal ini Islam dan nasionalisme dapat saling melengkapi dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.  Implikasi sosial dan politik dari hubungan antara Islam dan nasionalisme sangatlah penting. Di sisi lain, Islam dapat menjadi faktor pemersatu dalam menciptakan jati diri bangsa dan mendorong persatuan antar suku dan agama yang berbeda. Islam dapat berperan sebagai perekat sosial yang kuat yang mampu mengatasi perbedaan dan konflik yang mungkin timbul di antara kelompok-kelompok tersebut. Namun konflik juga bisa muncul ketika ada persaingan kepentingan antar kelompok yang berbeda. Terkadang terjadi ketegangan antara kelompok yang menganut agama Islam dengan kelompok yang berbeda identitas nasional. Konflik etnis dan agama dapat muncul ketika nilai dan kepentingan kelompok tersebut saling bertentangan. Dalam konteks politik, perbedaan pendapat mengenai hubungan Islam dan nasionalisme dapat mempengaruhi kebijakan dan strategi pemerintah. Beberapa negara Muslim mengadopsi sistem politik berdasarkan prinsip-prinsip Islam, sementara negara-negara lain menerapkan prinsip-prinsip nasionalisme dalam politik mereka. Ketika terdapat perbedaan penafsiran dan penerapan prinsip-prinsip tersebut, maka konflik politik dapat muncul. Penting bagi para pemimpin masyarakat dan  negara untuk memahami  hubungan ini dan mengelolanya dengan bijak untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara agama dan kebangsaan. Dengan memahami dan menghormati nilai-nilai yang terkandung dalam kedua konsep tersebut, kita dapat membangun masyarakat yang inklusif, harmonis, dan progresif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun