Apa telingamu masih tuli mendengar suara sirene ambulans yang bergema dan bersliweran dimana-mana?
Apa matamu masih kurang melihat gambar, foto dan berita kolapsnya Rumah Sakit dimana-mana karena kekurangan bed pasien, oksigen, obat-obatan dan tenaga kesehatan?
Apa hatimu tidak terenyuh melihat prajurit tenaga kesehatan, garda utama yang saat ini sedang berperang mati-matian melawan COVID-19 harus rela berpisah dari keluarga sementara waktu, tidak memiliki waktu bahkan hanya untuk sekedar ke toilet dan cukup istirahat, bahkan ribuan dari mereka harus mengorbankan nyawa untuk kita semua?
Masih pentingkah kita berdebat apakah ini konspirasi global?
Masih pentingkah kita menebak siapa negara dan orang yang memulai penyebaran #virus ini, hanya sekedar untuk meluapkan emosi dan kekesalan kita kepada pihak tertentu?
Ini bukan waktunya untuk menangis tentang roti dan mentega seperti anak-anak manja.
Kitab suci mengatakan kepada kita bahwa manusia tidak akan hidup dari roti saja.
Bahkan mereka mengajarkan sewaktu terjadi wabah untuk tidak memasuki tempat tersebut.
Ini bukan waktunya menantang musuh ini dengan tindakan-tindakan konyol, juga bukan waktunya kritik sana-sini, menjadi komentator terhadap Pemerintah yang saat ini sedang sibuk memegang setir kendali menahan dampak pandemi.
Syukurlah, pasukan ini memiliki kelemahan untuk bisa dikalahkan. Hanya membutuhkan tindakan kolektif, disiplin dan kesabaran kita. COVID-19 tidak dapat bertahan dari jarak sosial dan fisik.
Ia hanya berkembang ketika Anda menantangnya. Senang sekali dikonfrontasi. Namun menyerah dalam menghadapi jarak sosial dan fisik kolektif. Ia tunduk pada kebersihan. Tidak berdaya ketika Anda mengambil takdir Anda di tangan Anda sendiri dengan menjaganya tetap bersih sesering mungkin.