Bayangkan, waktu atau masa untuk karantina atau isolasi mandiri adalah 10 hari. Sedangkan, All England hanya diadakan selama 5 hari mulai tanggal 17-21 Maret 2021.Â
Tim Indonesia datang di tanggal 13 Maret dan sudah mengikuti serangkaian tes PCR COVID-19 setibanya di Inggris. Artinya jika mereka terindikasi positif COVID-19, maka mampuslah mereka karena secara otomatis langsung dianggap gugur.
Ataupun jika tidak begitu, kasus atlet Indonesia di All England ini lebih runyam, mereka semua dinyatakan negative COVID-19 begitu di tes di Inggris, ndelalah... ada penumpang lain dalam 1 pesawat yang dinyatakan positif, sehingga dalam SOP tracing NHS dianggap pernah berinteraksi dengan orang yang positif sehingga wajib juga untuk isolasi mandiri 10 hari. Aturan inilah yang menggagalkan seluruh tim Indonesia untuk berkompetisi di All England 2021. Apes tenan!!!
Pertanyaannya adalah kenapa BWF dan PBSI tidak mempersiapkan skenario seperti ini dan bagaimana keputusan yang diambil sebelum kompetisi All England 2021 diadakan? Bayangkan ini berpotensi membuat kompetisi ini bubar kalau semisal kasus yang sama terjadi pada Tim dari negara lain juga.
Lalu apa kompensasi atau pengaturan yang akan dilakukan jika semisal pemain atau close-contact dengan orang yang positive COVID-19 Dan mengapa BWF dan NHS tidak membuat prosedur khusus terkait Protokol Kesehatan COVID-19 untuk kompetisi olahraga yang hanya berlaku selama 5 hari ini? Juga Mengapa aturan yang dibuat oleh BWF dan NHS seolah-olah terpisah dimana BWF hanya bisa mengikuti ProKes dari NHS dan begitu juga sebaliknya?
Saya setuju kompetisi ini seharusnya menerapkan bubble system seperti yang diberlakukan oleh Pemerintah dan Organisasi Bulutangkis di Thailand dengan memberlakukan masa 14 hari karantina sebelum kompetisi dimulai sewaktu Thailand Open Januari 2021 dan menjaga peserta ada dalam lingkungan yang sama dan mengurangi kontak interaksi dengan pihak luar seminim mungkin.Â
Dengan adanya ini, atlet akan merasa lebih aman dan fokus dalam pertandingan, bukan kepada isu COVID-19. Sayangnya, bubble system yang diterapkan hanya 'setengah-setengah' alias nanggung.Â
Prosedur Emergency Preparadness for Athletics ini juga terlihat lemah, ketika kepanikan terjadi saat 7 orang dari tim Thailand, India dan Denmark dinyatakan positif sewaktu dilakukan tes COVID setibanya di Inggris, padahal sebelum keberangkatan mereka dinyatakan negatif. Setelah dilakukan tes ulang di Inggris 1 hari berikutnya, semuanya dinyatakan negatif.Â
Akhirnya semua dianggap false positive, dan akhirnya Tim Thailand, India dan Denmark bisa mengikuti kompetisi tanpa proses isolasi mandiri seharipun. Hmmm....
Aneh? Yes. Karena itu, tes PCR di Inggris jadi dipertanyakan validitasnya.
Banyak insiden yang menunjukkan BWF seolah-olah gagap tanggap dalam merespon kondisi darurat, khususnya terkait dengan Protokol Kesehatan yang harus dijalankan.