Saya termasuk penggemar Badminton sejak SD. Sejak jaman Susi Susanti, Haryanto Arby, Ricky Subagja, dkk. di tahun 90'an hingga sekarang. Ini dipengaruhi oleh orang tua, keluarga dan lingkungan sekolah yang memang menciptakan mindset bahwa Badminton adalah 'ideologi olahraga'-nya Orang Indonesia, jadi wajib iso badminton, sampai dulu menjadi ekstra kurikuler wajib di SMP saya waktu itu.
All England, salah satu kompetisi paling prestisius dan tertua di dunia 2021 dimulai! Saya sangat antusias membaca 3 kemenangan dari The Daddies, The Minions dan Jonatan Cristie di 3 pertandingan awal babak 32 Besar.Â
Saya pun menanti hasil pertandingan berikutnya dari atlet lainnya, apalagi kalau sudah melawan Korea Selatan atau Jepang (sayang China tidak ikut kompetisi), pasti seru! Eh, tiba-tiba pagi-pagi malahan saya dapat kabar The Minions dan seluruh atlet Indonesia diputuskan sepihak WalkOver atau dipaksa untuk tidak melanjutkan kompetisi (withdrawn) karena berada 1 pesawat dengan penumpang yang terdeteksi positif COVID-19!Â
"Bagai disambar geledek!" kata Agung Firman Sampurna, Ketua PBSI saat ini. Saya pun juga ikut kesambar geledeknya.
Maka tak lama, Satu dua hari ini begitu banyak berita, baik dari Inggris, Indonesia maupun jagad maya yang menyerbu official social media BWF (Badminton World Federation), mempertanyakan sikap, respon dan meminta pertanggungjawaban dari Organisasi Tepok Bulu dunia ini. Tagar #BWFMustBeResponsible hingga meme sarkastis untuk BWF terus digaungkan di dunia maya.Â
Respon dan tindaklanjut dari Menpora, PBSI, Dubes Indonesia di Inggris yang mencoba segala cara terus digencarkan seharian, tapi berakhir tanpa daya karena harus menerima pahitnya prosedur protokol kesehatan dari NHS (National Health Service) atau semacam kementerian kesehatannya Inggris.
Saya dan seluruh rakyat Indonesia ikutan marah dan sulit menerima hasil keputusan 'pasrah' BWF dan teguhnya sikap NHS ini.
Terlepas dari musibah olahraga yang sangat merugikan ini, apa yang kita bisa pelajari dari musibah ini?
BWF dan PBSI Tidak Memiliki Sistem Manajemen Tanggap Darurat Khususnya Terkait COVID-19
Jika saya di posisi atlet yang mengikuti All England 2021, tentunya saya sepakat mereka tidak akan bisa 100% fokus untuk pertandingan, karena nasib mereka bukan hanya ditentukan di atas lapangan, tapi juga dari hasil Tes Swab PCR yang dilakukan sebelum pertandingan atau setibanya mereka di Inggris.Â