Mohon tunggu...
Yusuf Dwiyono
Yusuf Dwiyono Mohon Tunggu... profesional -

Kumpul sama orang gila nggak ketahuan warasnya ......\r\nKumpul sama orang waras, baru ketahuan gilanya .......\r\n(Albert Kenthir)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengetahuan Membuat Kita Bodoh

3 Februari 2012   13:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:06 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13282760561327991308

Tahukah Anda, bahwa semakin banyak kita membaca atau mendapatkan pengetahuan baru, maka kita akan merasa semakin bodoh?

Tahukah Anda, bahwa kata-kata di atas tidak masuk akal jika kita selalu melihat lewat kaca mata logika matematika? Mari kita simak bahasan di atas dengan sebuah cerita sederhana di bawah ini.

Tahukah Anda, jika di rumah Anda sudah memiliki 100 buah kelereng dan pada hari ini Anda menemukan di kebun 10 buah kelereng, maka kelereng Anda menjadi bertambah banyak, yaitu berjumlah 110 buah? Namun pengetahuan tidak lantas selalu hanya bisa dihitung secara matematik, karena kita juga tidak akan pernah bisa menghitung berapa banyaknya pengetahuan yang telah kita dapatkan. Apalagi setelah kita tahu bahwa “otak manusia mampu menangkap 20 juta informasi dalam 1 detik”. Tidak perlu dihitung berapa jumlah informasi yang kita peroleh jika kita membaca selama 1 jam!

Tahukah Anda, bahwa dengan sedikit merenung, lalu berpikir, serta menggunakan logika matematika (lho kok?), maka kata-kata di atas menjadi benar. Nggak percaya?

Sekarang kita renungkan……. , lalu pikirkan……., dan sekarang kita analisis secara matematik. Tambah bingung? Mari kita meneruskan cerita kelereng yang di atas! Setelah Anda mempunyai 110 buah kelereng, besoknya Anda menemukan lagi 20 kelereng di laci lemari. Satu minggu kemudian Anda mendapatkan hadiah Ulang Tahun berupa 100 buah kelereng. Satu bulan berikutnya Anda membeli di warung sebanyak 200 buah kelereng. Dua bulan, tiga bulan, enam bulan, dan satu tahun berikutnya, jumlah ‘koleksi’ kelereng Anda telah mencapai 60.100 buah! Ini merupakan jumlah yang fantastik untuk benda yang namanya kelereng. Anda tentu sangat bangga dengan jumlah tersebut, karena Anda pasti mengira tidak ada satupun warung yang memiliki stock kelereng sebanyak itu.

Tahukah Anda, bahwa orang yang memiliki kelereng bukan cuma Anda? Sepupu, teman, tetangga, adik (kalau Anda punya adik tentunya), orang lain yang tidak Anda kenal, bahkan beberapa warung di sekitar rumah Anda mungkin juga memiliki sejumlah kelereng yang kuantitasnya entah berapa Anda tidak tahu persis. Dengan membuat analogi, Anda harusnya mulai merenung dan berpikir serta menganalisis secara matematik, tentang jumlah kelereng yang dimiliki orang-orang di sekitar rumah Anda. Kalau dijumlahkan semua, maka banyaknya kelereng di sekitar rumah Anda pasti lebih dari 60.100 buah. Sekarang saatnya Anda merenung dan berpikir serta menganalisis secara matematik untuk menghitung (kira-kira) jumlah kelereng yang ada di Dunia.

Tahukah Anda, bahwa ternyata jumlah kelereng di dunia ini bisa dihitung dengan menggunakan analisis matematika secara analogi berdasarkan rata-ratanya?

Seandainya di sebuah kelurahan jumlahnya 120.000 buah kelereng, di kecamatan jumlahnya 1.200.000 buah. Jika ada 10 kecamatan di sebuah kabupaten, maka jumlahnya 12.000.000 buah. Seandainya di provinsi terdapat 10 kabupaten (untuk diketahui, di Jawa Tengah ada 29 kabupaten dan di Papua Barat terdapat 8 kabupeten), maka menjadi 120.000.000 buah. Dan kelereng di seluruh Indonesia yang mempunyai 33 provinsi, jumlahnya ada 3.960.000.000 buah. Kalau cerita ini nyata, Indonesia akan tercatat di Guinness World Records, sebagai Negara Terbanyak dengan Jumlah Kelereng!

Tahukah Anda, bahwa perhitungan tersebut ternyata belum final? Karena ada 204 Negara di dunia, maka jumlah kelereng keseluruhannya adalah …. (tunggu dulu, sedang pakai kalkulator) …. 807.840.000.000 (delapan ratus tujuh milyar delapan ratus empat puluh juta) buah. Jumlah yang fantastik! Dan ‘sialnya’, pabrik kelereng setiap hari selalu memproduksi dan memproduksi terus, terus, dan terus lagi.

Tahukah Anda, bahwa 60.100 kelereng Anda yang tadinya kelihatan sangat banyak, menjadi “tidak berarti” jika dibandingkan dengan 807.840.000.000? Maka renungkan dan pikirkan!

Tahukah Anda, bahwa kelereng di atas hanyalah sebuah cerita belaka? (nggak perlu ditanya juga pasti sudah tahu!). Namun tidak untuk pengetahuan dan informasi. Pengetahuan dan informasi laksana sebuah pabrik kelereng yang selalu muncul dan bertambah banyak setiap tahunnya, setiap bulannya, setiap minggunya, setiap harinya, setiap jamnya, setiap menitnya, bahkan setiap detiknya. Jika setiap hari kita bisa mendapatkan pengetahuan dan informasi yang baru sebanyak 10, maka alam ini tidak akan pernah kehabisan pengetahuan dan informasi. Pengatahuan kita bagaikan setitik air di lautan pengetahuan yang begitu luasnya.

Tahukah Anda, bahwa pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan empiris? Pengetahuan didapatkan dari membaca, pembelajaran, instruksi, pengalaman tentang peristiwa-peristiwa tertentu yang telah kita kumpulkan dan kita ingat? Semakin banyak pengetahuan dapat menambah wawasan kita dan menimbulkan kesadaran yang akhirnya kita akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang kita miliki. Di era komputer sekarang ini, pengetahuan dan informasi sangatlah mudah untuk didapatkan melalui teknologi internet. Seharusnya dengan layanan ribuan web atau blog di internet, kita seyogyanya menggali dan terus menggali pengetahuan dan informasi, karena di dalamnya terdapat “emas yang berkilau” yang tiada ternilai harganya.

Tahukah Anda, bahwa kata-kata “semakin banyak kita membaca atau mendapatkan pengetahuan baru, maka kita akan merasa semakin bodoh” adalah salah?

Jadi yang benar bagaimana? Coba kita tambahkan kata “seharusnya” di dalamnya.

“Semakin banyak kita membaca atau mendapatkan pengetahuan baru, maka seharusnya kita merasa semakin bodoh”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun