2. Erosi dan Sedimentasi
Erosi dan sedimentasi merupakan serangkaian proses sedimentasi yang berhubungan dengan pelapukan, pelepasan, pengangkutan dan pengendapan butir-butir tanah atau pasir.
Apabila erosi dan sedimentasi ini dibiarkan secara terus-menerus, maka akan terjadi kerusakan ekosistem. Erosi tanah mengurangi kemampuan tanah menahan air karena partikel-partikel lembut dan bahan organik pada tanah terangkut. Selain mengurangi produktifitas lahan dimana erosi tanah terjadi, erosi tanah juga menyebabkan problem lingkungan yang serius di daerah hilirnya. Sedimen hasil erosi mengendap dan mendangkalkan sungai-sungai, danau, rawa, bendung dan waduk yang ada.
Di pihak lain waduk dan danau tempat penampungan air, kondisinya saat ini semakin memprihatinkan, karena mengalami sedimentasi yang cukup parah. Dia menyebut ada 15 waduk dan danau yang mengalami sedimentasi berat diantaranya Waduk Saguling, Mrica, Gajah Mungkur, Cacaban, Jatiluhur, dan Klampis di Jatim.
Sedimentasi ini mengurangi kapasitas tampungan air di waduk, yang tentukan akan mengganggu operasional kebutuhan air baku, air irigasi dan tenaga air untuk menggerakkan turbin generator PLTA.
3. Kekeringan Saat Kemarau
Salah satu ciri DAS yang telah rusak berat adalah pada saat musim kemarau, di kawasan permukiman (bagian hilir DAS), akan mengalami krisis air.
Catatan berita menyebutkan hingga akhir September 2023, terdapat 166.415 jiwa yang terdampak krisis air bersih akibat kekeringan. Bersamaan itu, beberapa wilayah di Indonesia tengah dilanda bencana puncak kekeringan yang menyebabkan krisis air bersih, kerugian finansial karena gagal panen, hingga rawan pangan.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) per 1 September 2023, sejauh ini terdapat 79% wilayah Indonesia yang mengalami musim kemarau dan berdampak pada bencana kekeringan yang terus meluas. Dari informasi bencana mingguan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada Senin (25/9/2023) hingga Selasa (26/9/2023), beberapa wilayah yang dilanda kekeringan berada di Provinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.
Bahkan Presiden WWC dalam sambutannya mengungkapkan bahwa 1 dari 4 orang di dunia kekurangan air minum. Dan 1 dari 3 orang penduduk dunia tidak mendapatkan layanan sanitasi yang layak. Yang lebih parah lagi diprediksikan tahun 2025, 1/3 total penduduk bumi akan kekurangan air.
Bukan hanya dari sisi bencana kekeringan, pencemaran air sungai juga dapat menyebabkan akses air yang kurang layak bagi masyarakat Indonesia. Di sisi lain akses sanitasi yang juga masih minim, tentu saja masyarakat Indonesia terancam  terpapar resiko penyakit yang luar biasa, misalnya diare.