Mohon tunggu...
Yusuf Anwar
Yusuf Anwar Mohon Tunggu... -

Penulis iseng-iseng, Penginspirasi isapan jempol, Pengamat yang belum tamat

Selanjutnya

Tutup

Politik

1001 Kesalahan PKS

25 Juni 2013   08:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:28 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partai Keadilan Sejahtera (disingkat PKS) sedang dilanda badai tiada henti. Dia menjadi biduan yang dinanti dalam setiap berita politik tanah air. Topiknya pun tidak jauh-jauh dari badai, prahara, kasus-kasus dugaan, dan segala yang berkaitan atau nyerempet dikit ke partai Islam terbesar di Indonesia saat ini. PKS bukanlah partai yang sempurna tanpa cela. Pengurus, Penggerak dan kader PKS merupakan manusia biasa. Manusia merupakan tempat salah dan lupa.

1001 kesalahan PKS menggambarkan sebuah pencitraan yang terbingkai manakala para pengamat (ahli ataupun sekadar mengamati) memberi penilaian pada PKS. Bagaimana tidak? Dalam tubuh PKS seakan-akan muncul banyak kesalahan hingga tak terlihat lagi kebaikannya. Kasus dugaan suap impor sapi (yang notabene masih dugaan suap) sudah melahirkan 1001 kesalahan baru. Partai ini dinilai seolah-olah partai korupsi sapi, partai kotoran sapi dan gelar hebat lainnya. Subhanallah... Belum pernah terjadi dalam sejarah pencitraan partai, dimana banyak partai (lain) yang kadernya korupsi, beruntun, dan besar-besaran tetapi belum dinilai bahkan dilirik untuk dicibir seperti PKS dengan 1001 kesalahannya.

1001 kesalahan PKS selalu lahir dalam berbagai moment. Ia diibaratkan partai yang mencari simpati dan perhatian masyarakat. Penilaian begitu keras tatkala PKS berbeda pendapat. Partai Munafik. Berdiri dengan 2 kaki.  Inilah potret demokrasi di negeri Indonesia tercinta. Dimana berbeda pendapat itu boleh tetapi tidak bagi PKS. Toleransi dalam berbagai hal itu wajib kecuali tidak bagi PKS. Mungkin kita masih ingat bahwa perbedaan di koalisi tidak hanya terjadi saat pembahasan BBM 2013 tetapi juga tahun-tahun sebelumnya. Partai tertentu dalam koalisi juga pernah berlainan pendapat dalam beberapa kebijakan. Namun teropong 1001 kesalahan itu sudah melekat pada PKS. Ia adalah sasaran empuk kesalahan. Para haters juga sudah memakai kacamata kuda sehingga pandangannya lurus pada 1001 kesalahan PKS.

Tentang wanita seksi dan pustun. Biarlah ini menjadi hiburan bagi pecinta PKS agar semakin bertambah 1001 kesalahan PKS. Padahal kalau menyaksikan berbagai diskusi, forum dan pemberitaan yang langsung berbicara dengan wanita-wanita seksi tersebut, mereka hanya berhubungan bisnis dengan AF. AF pun sudah ditegaskan PKS dan istri AF bahwa ia bukan kader PKS. Tetapi 1001 kesalahan bagi PKS sudah matang dan siap disajikan. Apakah kader PKS suka main wanita seksi dan pustun seperti celaan orang yang membenci PKS? Biarkan mereka menilai dan menunggu kebenarannya sedang PKS tetap bekerja dan berbuat untuk Indonesia.

1001 Kesalahan PKS yang tidak asing akan kembali muncul. PKS dinisbatkan salafi wahabi, anti tahlilan dan anti maulid. Politik memang tidak mengenal kawan atau lawan. Bisa jadi berkoalisi dan bisa jadi bersebrangan. Sayangnya, dalil 'fitnah' ini masih dianggap tokcer untuk mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap PKS. Seandainya memakai logika, ingatlah bahwa salafi wahabi berprinsip menolak berpolitik. Kader PKS, simpatisan hingga pengurusnya sebagian besar rajin mengaji. Jangankan tahlilan dan maulid, zikir dan tilawah saja sudah dibiasakan.  Tetapi 1001 kesalahan itu hukumnya wajib bagi PKS.

Akankah 1001 kesalahan PKS ini lenyap dan bersih? Bagaimana caranya? Semoga Allah memberikan kelurusan pandangan dalam menilai bagi masyarakat Indonesia. Generasi masa depan indonesia diharapkan berpikir cerdas, logis dan objektif. Dengan begitu, kita harapkan indonesia yang adil dan sejahtera dapat dibangun bersama tanpa cibiran dan saling menjatuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun