[caption id="attachment_330547" align="aligncenter" width="476" caption="Atribut kampanye Pemilu 2014. Sumber foto: okejoss.com"][/caption]
Kurang dari sebulan, Pemilu Legislatif akan digelar. Sesuai jadwal, 9 April 2014 akan menjadi hari penentuan seberapa besar dukungan yang berhasil diraup para caleg yang bersaing di masing-masing Dapil. Tentu dibutuhkan kerja keras, konsistensi, dan energi ekstra untuk meraih dukungan pemilih di masing-masing Dapil.
Dari 77 Dapil untuk kursi DPR RI, Dapil V Jawa Tengah menjadi salah satu Dapil yang kerap mendapat sorotan media. Seperti kerap disebut banyak pihak, Dapil V Jateng dijuluki Dapil neraka. Merujuk pada hasil Pemilu 2009 lalu, peta politik dan persentase dukungan pemilih di Dapil ini memang didominasi Parpol tertentu. Ini yang mengesankan Dapil ini bakal menjadi neraka bagi caleg di luar Parpol yang dominan. Kesan dan anggapan ini tidak salah. Namun, peta dukungan pemilih bisa berubah seiring berjalannya waktu dan persepsi pemilih terhadap sosok yang dianggap tepat sebagai wakilnya di DPR RI kelak.
Tahun ini, sejumlah sosok terkenal kembali berkompetisi di Dapil V Jateng. Mulai dari kalangan politisi, artis, mantan artis, hingga pengacara. Dengan realitas yang demikian, kurang tepat kalau Dapil ini disebut sebagai neraka. Sebaliknya, Dapil V Jateng merupakan surga bagi siapapun yang punya niat tulus untuk menyerap dan memperjuangkan aspirasi pemilihnya jika sudah terpilih sebagai anggota DPR RI.
Saya sebagai caleg nomor 1 dari Partai Amanat Nasional (PAN) merasa bersyukur ditempatkan di Dapil ini. Selama beberapa bulan menyapa warga dan mengunjungi banyak tokoh di Surakarta, Klaten, Boyolali, dan Sukoharjo saya merasa bahagia. Melalui kunjungan itulah, saya diberi kesempatan untuk bersilaturahim, berdialog, sekaligus memohon doa serta dukungan. Cara serupa juga dilakukan oleh ratusan caleg lainnya. Berkomunikasi langsung secara tatap muka dengan para calon pemilih, dinilai lebih ngajeni dibandingkan dengan sekadar memasang baliho, spanduk, atau poster.
Sebagaimana diketahui bersama, Soloraya merupakan basisnya masyarakat dengan budaya Jawa yang kental. Bahkan ada yang menyebut, Soloraya adalah Dapil yang sumeh (murah senyum) sekaligus njawani. Kenyataan ini kian menunjukkan, Soloraya merupakan Dapil surga. Bukan Dapil neraka sebagaimana yang selama ini kerap disebut banyak orang. Di Dapil ini, saya berusaha untuk bisa nguwongke siapapun yang saya temui di semua forum pertemuan. Dengan begitu, saya bisa membaur, mengenalkan diri, sekaligus melatih diri saya agar bisa senantiasa andhap asor atau tawadlu kepada siapapun.
Ada hal lain yang menjadikan saya makin termotivasi berjuang di Dapil ini. Sebagai caleg pendatang baru, saya diberi kesempatan bersanding dan bersaing dengan para caleg ternama di Dapil V Jateng. Tak semua caleg DPR RI mendapat kesempatan seperti saya. Karenanya, berjuang di Dapil V Jateng bisa menjadi ajang pembuktian potensi dan kompetensi bagi semua caleg. Banyaknya figur terkenal menjadikan kompetisi di Dapil ini terasa kian dinamis terlebih saat mendekati 9 April 2014.
Dapil V Jateng akan benar-benar menjadi Dapil surga jika seluruh caleg yang bersaing menegakkan asas fairness, jujur kepada publik pemilihnya, dan bebas dari politik uang (money politic). Yang tak kalah penting, para caleg yang terpilih nantinya benar-benar bisa memperjuangkan aspirasi pemilihnya untuk mewujudkan kesejahtaraan masyarakat di Dapil V Jateng. Jika amanah ini bisa dilaksanakan, tentu “surga” dalam arti sesungguhnya bisa diraih oleh siapapun caleg yang terpilih. Sekali lagi, melaksanakan amanah bukan hal yang mudah. Namun berpolitik bisa menjadi manifestasi kemuliaan jika dilakukan demi kebaikan sesama.
Penulis adalah putra dari almarhum Marwoto Mitrohardjono dan saat ini menjadi caleg nomor urut 1 dari PAN.
Tulisan ini sebelumnya dipublikasikan di harian Radar Solo edisi Kamis 13 Maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H