Mohon tunggu...
Yusuf Abdillah
Yusuf Abdillah Mohon Tunggu... profesional -

Pencinta Olahraga, khususnya sepak bola http://yusufabdillah.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Rising Stars di Pinggir Lapangan

2 Mei 2011   00:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:10 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Semua liga di Eropa memasuki periode akhir nan genting. Para pelatih berpikir keras menjaga performa anak asuh mereka stabil hingga akhir. Bicara pelatih, belakangan muncul beberapa nama yang mengundang perhatian. Mereka terbilang wajah baru namun langsung melesat seiring prestasi klub yang dipegangnya. ANDRE VILLAS-BOAS [caption id="attachment_105548" align="aligncenter" width="300" caption="Andre Villas-Boas (daylife)"][/caption] Dibandingkan dengan sesorang yang hebat seperti dua sisi pedang. Bisa menjadi pintu sukses, bisa pula mengarah ke jurang kehancuran. Itulah yang dihadapi Andre Villas-Boas. Baru berusia 33 tahun, pelatih FC Porto ini sudah digadang-gadang sebagai "The New Mourinho". Villas-Boas mulai dikenal kala dipercaya menangani Academica pada 2009. Saat itu, manajemen Academica melihat Villas-Boas memiliki kemiripan dengan Mourinho, utamanya dalam etos kerjanya, kejelian melihat kekuatan lawan. Villas-Boas membawa klub asal Coimbra itu berada di papan tengah. Prestasi yang terbilang sukses bagi pelatih muda macamnya. Tak heran jika Porto langsung memburu tandatangannya. Pilihan Porto terbukti tak salah. Saat ini, Porto tengah mengincar tiga gelar sekaligus. Serupa dengan Mourinho atau Arrigo Sacchi, Villas-Boas juga tak memiliki latar belakang sebagai pemain. Namun, tentu saja itu bukan berarti dia tak punya sentuhan dalam permainan. Villas-Boas mendapat lisensi C kepelatihan UEFA saat masih berusia 17 tahun. Pada saat remaja seusianya berusaha menjadi pemain, Villas-Boas sudah bertugas sebagai scout di Porto. Saat berusia 21 tahun, dia sudah menjadi pelatih timnas British Virgin Islands. ROBIN DUTT [caption id="attachment_105549" align="aligncenter" width="300" caption="Robin Dutt (daylife)"][/caption] Bagi pecinta film-film Bollywood tentu sudah tak asing dengan yang namanya Sanjay Dutt. Di Bundesliga, pelatih yang sedang naik daun bernama Robin Dutt. Tak ada hubungannya dengan Sanjay memang meski Robin Dutt juga memiliki darah India dari ayahnya. Kurang dari dua tahun, pelatih kelahiran Cologne 46 tahun silam ini berhasil membawa Freiburg kembali ke Bundeliga. Saat ini, Freiburg sendiri berada di peringkat ketujuh Bundesliga. Prestasi yang luar biasa bagi klub yang memiliki anggaran terendah di Bundesliga. Melihat pencapaian Dutt, Bayer Leverkusen pun kepincut dan merekrutnya sebagai pelatih mereka musim depan. Dutt adalah lulusan terbaik akademi pelatih Jerman pada 2005. Dutt dikenal piawai dalam analisis dan strategi. Dutt mengombinasikan sepakbola menyerang dan pragmatisme. Tak hanya itu, Dutt juga dipuji dalam hal berkomunikasi dengan pemain. Ya, bukan hal mudah bisa berkomunikasi dengan tim yang memiliki pemain dari 12 negara berbeda. Dutt sendiri adalah wajah baru di Bundesliga. Dia lebih sering berkiprah di level bawah. Sebelum menangani Freiburg, dia lebih dulu menukangi Stuttgarter Kickers pada 2007. CHRISTOPHE GALTIER [caption id="attachment_105550" align="aligncenter" width="300" caption="Christophe Galtier (daylife)"][/caption] Desember 2009, Saint Etienne menunjuk Christophe Galtier sebagai pelatih sementara usai pemecatan Alain Perrin. Namun, mantan bek Marseille dan Toulouse ini justru terus bertahan. Tentu saja semua itu karena pencapaiannya melakukan transformasi di Saint Etienne. Saat ini, Etienne berada di posisi kesembilan Ligue 1. Meski kelihatannya biasa saja, namun ini merupakan pencapaian besar bagi klub yang musim lalu nyaris terdegradasi. Apalagi, nama pelatih berusia 44 tahun tersebut selama ini nyaris tak terdengar. Ya, Galtier memang lebih dikenal sebagai asisten pelatih dari Bernard Casoni, Abel Braga, Javier Clemence, hingga Perrin. Sebagai asisten pelatih, Gaultier pernah bergabung bersama Al Ain di Uni Emirat Arab, Portsmouth, Sochoux, Lyon, dan Eteienne. MAURICIO POCHETTINO [caption id="attachment_105551" align="aligncenter" width="300" caption="Mauricio Pochettino (daylife)"][/caption] Momen inagurasi Presiden Barack Obama bisa jadi menjadi masa yang selalu diingant oleh Mauricio Pochettino. Karena bertepatan dengan itulah dia diberi kepercayaan untuk menangani Espanyol. Saat mendapatkan tugas, pelatih berusia 39 tahun ini dihadapkan masalah pelik. Menyelamatkan klub dari ancaman degradasi tentu bukan pekerjaan mudah bagi mantan bek asal Argentina ini. Namun, Pochettino berhasil melakukan tugasnya. Dan, musim ini, dengan skuat mudanya, Pochettino berhasil membawa Espanyol ke papan tengah La Liga. Pochettino dikenal sebagai sosok keras. Dia tak ragu mengungkapkan yang benar itu benar dan sebaliknya. Bahkan, dia pernah mengejar dan menangkap seorang coper di jalanan Barcelona. Sikap inilah yang mampu menginspirasi pemain-pemain muda Espanyol. Pochettino memang tak bisa dilepaskan dari Espanyol, klub yang pernah dibelanya dalam lebih dari 300 partai. Dia pun mengawali karier kepelatihannya di klub ini saat menangani tim wanita pada 2008. PIETER HUISTRA [caption id="attachment_105552" align="aligncenter" width="300" caption="Pieter Huistra (flickr)"][/caption] Sejak pertama kali menjadi pelatih Groningen menggantikan Ron Jans, Pieter Huistra langsung mendapat pujian. Mantan sayap kiri Glasgow Rangers ini dinilai memiliki keunggulan dalam taktik dan sifat pantang menyerah. Saat ini, Groningen menjadi salah satu klub bersaing memperbutkan zona Eropa dengan permainan menyerang nan sabar. Bagi Huistra, menangani Groningen bisa dikatakan sebagai balas budi. Ya, Huistra mengawali karier sebagai pemain profesional bersama klub ini pada 1984. Dia juga pernah melatih youth team Groningen selama empat tahun (2001-2005). Saat ini, Huistra, yang berusia 44 tahun, disebut-sebut sebagai salah satu pemimpin paling bersinar di Eredivisie. Kepiawaian Huistra sebagai pelatih sebenarnya sudah diakui sejak dirinya dipercaya menangani timnas U-17. Saat itu, Huistra melatih pemain-pemain macamm Rafael van der Vaart, Robin van Persie, dan Klaas-jan Huntelaar. Sumber: bundesliga, ligue1, ligaBBVA, eredivisie, worldsoccer, dan sumber lain

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun