Malam hingga subuh tadi, waktu saya habis di depan televisi, melahap semua tayangan sepak bola yang tersuguhkan. Dari semua agenda yang ada, tak semua laga bisa disimak tentu saja. Paling tidak ada 4 partai yang bisa diikuti. Semuanya berhasil menggugah emosi saya. Pertama, partai Aston Villa versus Manchester United. Saya sendiri lebih mengunggulkan Villa sebagai tuan rumah. Alasannya MU datang tidak dengan kekuatan penuh. Para pemain yang ditampilkan pun tak semuanya dalam kondisi fit. Laga berjalan seperti yang diperkirakan, MU keteteran menghadapi tekanan Villa. Berulang kali gawang MU terancam, bahkan kebobolan dua gol. Seperti yang diucapkan pelatih Villa, Gerrard Houllier, unggul 2 gol belum mematikan MU. Ya, saat laga menyisakan sekitar 10 menit, MU bangkit dan bisa mengejar defisit 2 gol. Villa pun harus rela melepas tiga poin yang sudah di tangan. Setelah itu, giliran partai Manchester City melawan Birmingham City yang saya santap. Laga berakhir 0-0. Reaksi saya? Uang tak bisa membeli gelar juara bagi City. Ya, berbeda dengan Chelsea, bagi City uang menjadi bisu. Banyak yang menilai masalah ada pada diri Roberto Mancini. Tak sedikit pula yang berpendapat, masalah ada pada ego pemain. Untuk menjawabnya, mudah-mudahan bisa dibahas dalam tulisan terpisah. Sempat istirahat sejenak, mata pun kembali memelototi layar kaca kala Liverpool bertandang ke Stadion Brittania, kandang Stoke City. What an ugly game! Sepertinya masih untung jika pemirsa tak tertidur di tengah pertandingan. Satu-satunya hal yang menarik dalam laga yang dimenangkan Stoke 2-0 ini adalah lemparan ke dalam Rory Delap. Usai pertandingan membosankan tersebut, saya sempat "mengintip" aksi Atletico Madrid yang menghajar Osasuna, 3-0. Kekecewaan pada partai Stoke vs Liverpool membuat saya tak fokus mengikuti penampilan Diego Forlan dkk. [caption id="attachment_75162" align="alignleft" width="300" caption="Messi cetak gol kedua Barcelona"][/caption] Saya berharap ke-bete-an ini bisa terhapus oleh pertarungan antara Barcelona kontra Villarreal. Harapan saya terwujud. Partai ini berjalan seru, sengit, dan terbuka. Seperti yang diharapkan, Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi Hernandez tampil menawan. Namun, aksi Nilmar dan Giuseppe Rossi pun tak kalah bagus. Empat gol lahir di Camp Nou, kandang Barca, 3 untuk Barca, 1 buat Villarreal. Bagi saya, laga ini benar-benar menjadi the great finale malam tadi. Lalu, apa maksud dari judul "Bumi dan Langit"? Judul di atas dibuat untuk melukiskan perbedaan antara partai Stoke vs Liverpool dengan Barcelona vs Villarreal. Judul saya buat setelah membaca kicauan seorang jurnalis The Telegraph di Twitter. "Barca-Villarreal. Berlebihan jika mengatakan ini terlihat olahraga yang beda jika dibandingkan Stoke vs LFC. Tapi, yang pasti berbeda." Membaca ini saya tersenyum. Pasalnya, saat menonton Stoke vs Liverpool, saya berpikir ini bukan sepak bola, tapi voli pantai he..he...he... Bayangkan, hampir sepanjang pertandingan bola lebih sering di udara ketimbang di rumput. Tapi, permainan ini memang sudah menjadi ciri khas Stoke yang acap menyulitkan lawan. Terutama lemparan jauh Delap. Jadi, jangan salahkan Stoke. Mereka justru berhasil menjalankan taktik andalan mereka secara sempurna. [caption id="attachment_75167" align="alignright" width="300" caption="Pusing bos?"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H