Hadirnya pandemi COVID-19 telah membawa perubahan terhadap dunia dengan berbagai tantangan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Diliput dari JHU CSSE COVID-19 Data dan Our World in Data, kasus covid di Indonesia mencapai 4,3 juta dengan 136 ribu yang meninggal. Data ini diperbarui terakhir pada tanggal 5 September 2021. Dengan banyaknya  korban yang meninggal, mengakibatkan beberapa rumah tangga masyarakat kehilangan tulang keluargannya. Belum lagi pemerintah menerapkan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan perusahaan atau pabrik banyak yang mengurangi jumlah pekerjanya. Hal-hal tersebut menyebabkan beberapa masyarakat mengalami penggangguran secara tiba-tiba.
Akibat dari hal-hal diatas menimbulkan permasalahan di masyarakat, yaitu ekonomi mengalami penurunan secara drastis. Permasalahan-permasalahan yang marak terjadi adalah penurunan tingkat penjualan dikarenakan banyaknya konsumen yang meminimalisir pengeluaran. Hal ini merupakan pemicu terjadinya persaingan yang tidak baik di sektor bisnis dari segi apapun itu. Di Indonesia pebisnis dituntut untuk melahirkan ide-ide yang inovatif dan kreatif untuk menarik konsumen dengan cara yang sehat.
Hiruk-pikuk permasalahan ekonomi sedang melanda Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya usaha yang lumpuh ditengah-tengah masyarakat sebab minimnya konsumen. Seperti yang dikabarkan dalam berbagai media bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja, masyarakat Indonesia sudah tahu akan hal itu semenjak COVID-19 memasuki negeri ini. Berbagai spekulasi mulai bertebaran, mengakibatnkan banyaknya isu-isu yang beredar dan hal ini lah yang membuat pelaku bisnis harus menata ulang strategi pemasaran agar terhindar dari pemikiran kuno masyarakat.
Di kota Sidoarjo, tepatnya daerah Jabon terdapat sebuah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dikenal dengan "Warung Bebek 3 Putri". Usaha ini berdiri sebelum pandemi berlangsung dan tetap bertahan ditengah pandemi yang sedang terjadi. Dengan harga yang terjangkau dan juga rasa yang menggugah selera, usaha ini mampu menarik minat konsumen. Apalagi usaha kuliner, kuliner atau makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Jadi, usaha seperti ini akan awet saat dilanda pandemi. Di era pandemi seperti ini pasti kuliner dengan harga yang terjangkau dan rasa yang memukau banyak diserbu oleh konsumen. Karena, terbatasnya budget konsumen selama pandemi.
Setelah melakukan diskusi kecil dan sedikit wawancara dengan salah satu narasumber bernama Herdik Adi Prahyono yang berperan sebagai pemilik usaha warung bebek 3 putri, saya mendapatkan banyak informasi menarik terkait bisnis ditengah pandemi COVID-19 mulai dari segala macam permasalahan yang ada dan bagaimana menciptakan inovasi baru terkait strategi pemasaran. Usaha nasi bebek ini terkena dampak berupa pemasokan barang yang sulit didapatkan dan terkena dampak di segi penjualan juga. Hal ini terjadi akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang menyebabkan banyak penjual ayam dan bebek yang berhenti berjualan. Juga dikarenakan tempat berjualan Pak Herdik yang ada di desa, menyebabkan segi penjualan menurun. Karena, banyak masyarakat desa yang kerja di pabrik terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), menyebabkan perekonomian mereka juga menurun dan meminimalisirkan pengeluaran.
Selama pemberlakuan pe pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Usaha Mikro Kecil Menengah milik Pak Herdik ini sempat di tutup total dan tidak mendapatkan pemasukan sama sekali. Pemilik usaha nasi bebek tersebut yaitu Pak Herdik mengatakan "selama pandemi berlangsung warung ini sempat tutup total sementara karena, banyak penjual ayam dan bebek mentah atau bahan dasar pokok pembuatan bebek goreng ini tutup semua. Apalagi pasar sempat ditutup akibat melonjaknya jumlah korban terdampak covid. Jadi ya, saya menunggu sampai penjual bahan dasar itu buka kembali." Lalu narasumber juga mengatakan, "saat penjual bahan dasar sudah mulai buka, saya juga mulai berjualan lagi. Tetapi saat berjualan, warung malah sepi. 'Kata istri saya, dia dapat berita bahwa banyak warga yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) secara mendadak.' Dari hal tersebut, saya dan istri mulai memikirkan bagaimana cara agar usaha kuliner saya tidak gulung tikar. Setelah diskusi bersama pun kami mendapatkan sebuah ide, yang tidak mengurangi kualitas. Jadi, kami menurunkan harga dan juga mengurangi sedikit porsi yang dijajakan. Tapi, kami tidak menghilangkan cita rasa yang sudah terbentuk. Kita hanya mengurangi kuantitas bukan kualitas." Dari penjelasan narasumber sudah bisa dipahami bahwasanya usaha nasi bebek ini sempat terhenti selama beberapa saat, dan mulai beroperasi kembali ketika pasokan bahan dasar sudah mulai mengisi kembali. Tetapi, saat mulai beroperasi kembali, usaha tersebut juga dihadapkan pada masalah lain yaitu segi penjualan. Dan dengan inovasi yang sudah dilakukan Pak Herdik, usaha beliau dapat bertahan di era pandemi ini.
Akibat terjadinya PPKM dan PHK secara mendadak, stategi yang harusnya merangsang perkembangan kemajuan bisnis terpaksa runtuh dikarenakan pemasok bahan dasar yang terhenti. Sedikit saran dari saya pribadi adalah Pak Herdik mencari penjual bahan dasar yang lebih banyak, sehingga tidak bingung saat salah satu penjual tersebut tutup. Juga Pak Herdik seharusnya lebih banyak menggaet konsumen lewat online. Apalagi di era pandemi ini banyak sekai makanan yang menggunakan jasa online. Jadi, saat banyak masyarakat yang terkena dampak PHK tidak terlalu mempengaruhi segi penjualan warung bebek tersebut. Strategi ysng diterapkan sudah cukup bagus, akan tetapi lebih baik lagi dengan menggunakan pemasaran berbasis teknologi seperti iklan dan promosi melalui platform media sosial yang sedang marak digunakan secara kreatif.
Demikian riset dan info yang bisa saya sampaikan, apabila ada salah kata atau ketik, saya meminta maaf.
Terimakasih, sampai jumpa di lain waktu.
210502110101