Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Apiknya Belajar Budaya di Intro Living Museum Kotagede Yogyakarta

12 April 2023   10:10 Diperbarui: 12 April 2023   14:43 2047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terlintas saat mendengar nama Kotagede di Yogyakarta? Tentu banyak dari kita yang akan mengasosiasikan wilayah tersebut dengan perak.

Ya, Kotagede memang identik dengan kerajinan perak, karena banyak terdapat sentra-sentra kriya salah satu logam mulia ini di wilayah tersebut. Di sisi lain, Kotagede juga sarat dengan nilai historis dengan perjalanan cerita yang panjang.

Kotagede tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Kerajaan Mataram Islam pada sekitar abad ke-16, karena didaulat menjadi ibukota pertama pemerintahan sekaligus pusat kebudayaan, politik, agama, hingga perdagangan.

Di masa saat ini, agar masyarakat dapat menelusuri kilas sejarah dan mengenal lebih komprehensif mengenai keberadaan Kotagede, telah terdapat Museum Kotagede, Intro Living Museum.

Museum ini dikembangan dengan berbasis komunitas yang sesuai namanya diharapkan dapat menjadi titik awal (introduction) untuk memahami berbagai peristiwa penting dan catatan sejarah yang terjadi di Kotagede, serta keterkaitannya dengan lokasi yang hingga saat ini masih terus dijaga kelestariannya.

Living Museum

Sebelum membedah lebih lanjut mengenai Museum Kotagede, mari kita melihat sedikit mengenai konsep living museum dari tinjauan definitif, serta apa saja yang menjadi diferensiasi dengan museum yang kita kenal pada umumnya.

Mengutip dari Pageh (2015), living museum merujuk pada praktik adat atau tradisi yang dipraktikkan oleh sebagian masyarakat tertentu, terutama masyarakat adat, yang dianggap memiliki nilai budaya lokal yang asli dan mencerminkan sejarah mereka dari masa ke masa.

Supriatna dan Pageh (2022) menambahkan bahwa living museum terlihat dalam berbagai kegiatan upacara adat, tradisi dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti pengolahan makanan, tradisi dalam berinteraksi sosial dan memanfaatkan potensi lingkungan alam, sistem kepercayaan, tradisi lisan, dan sebagainya, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Living museum diharapkan dapat melibatkan peran komunitas untuk lebih aktif terhadap pengembangan program-program yang dirancang oleh museum.

Living Museum Kotagede

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun