kuliner yang populer di Kota Solo dan menjadi kuliner autentik Solo. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai kuliner tempo dulu yang sudah jarang ditemui.
Brambang asem atau plencing jawa adalahMengutip dari Estuningsih, brambang asem adalah menu sarapan sejak zaman Belanda. Keterbatasan lauk pada masa itu mendorong masyarakat Solo untuk membuat kuliner dengan memakai bahan yang sederhana, yaitu daun ubi jalar.
Daun ubi jalar yang menjadi bahan dari kuliner ini dipercaya mengandung serat yang baik untuk tubuh. Daun ubi jalar juga memberikan manfaat untuk sistem kekebalan tubuh.
Penyajian kuliner ini mirip dengan pecel, yang membedakan adalah sambalnya.
Brambang adalah bahasa Jawa yang berarti bawang merah. Brambang asem terdiri dari daun ubi jalar (disebut juga jlegor atau lung) yang direbus lalu diberi sambal. Sambal brambang asem terbuat dari bawang merah yang dibakar, gula jawa, asem jawa, dan cabe. Saat sambal dipadukan dengan rebusan daun ubi jalar akan memberikan rasa yang pedas.
Sebagai pelengkap, kuliner ini biasanya disajikan bersama tempe gembus. Tempe gembus sebagai lauk menambah keunikan rasa dari brambang asem. Tempe gembus adalah tempe yang dihasilkan dari ampas tahu yang rasanya manis, seperti kuliner khas Solo lainnya yang cenderung manis. Sehingga cita rasa manis, asam, pedas, dan gurih akan menjadi paduan yang sempurna.
Brambang asem di Kota Solo masih dapat ditemui di salah satu pasar tertua yang menjadi ikon Kota Solo yaitu Pasar Gede. Brambang asem di Pasar Gede terdapat di lokasi jajajan tradisional.Â
Warung Bu Nonik
Nah, bila sedang berkendara di ruas Jalan Wonosari-Pakis yaitu jalur alternatif menuju Klaten, sekitar 6 km dari Kota Solo, tepatnya di depan Pasarean Cilik Jobayan, kita akan menemukan warung yang menjual brambang asem. Namanya Warung Bu Nonik.
Warung Bu Nonik terletak di pinggir jalan. Makanan yang dijajakan pepak (bermacam jenis) dan diletakkan pada gerobak sederhana.