Mama adalah sosok perempuan hebat dan kuat dalam keluarga kami. Perjuangan Mama untuk melahirkan saya tidaklah mudah. Saya adalah bayi sungsang, dengan posisi kedua kaki berada di bawah dan kepala di atas, yang dilahirkan secara normal. Bila saya membayangkan saat itu, sungguh perjuangan yang sangat berat.
Mama merupakan seorang ibu rumah tangga. Profesi ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia. Mama mendedikasikan waktunya untuk mendampingi anggota keluarga dan memastikan segala kebutuhan terpenuhi. Dalam hal pendidikan, Mama selalu mengutamakan yang terbaik bagi anak-anaknya dan mendorong untuk dapat mencapai pendidikan setinggi-tingginya. Saat saya memutuskan untuk studi lanjut, Mama sangat merestui dan bangga.
Buat keluarga, Mama sangatlah sabar dan telaten. Beliau berperan penting dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Bila ada diantara anggota keluarga yang harus dirawat di rumah sakit, Mamalah yang akan menghabiskan waktu-waktu yang panjang untuk menjaga dan selalu berada di dekat kami yang sedang sakit.
Mama adalah pribadi yang sangat aktif. Beliau mengambil beragam kursus, salah satunya adalah kursus salon kecantikan. Berkat keterampilannya ini bahkan Mama sempat membuka salon di rumah, dan pelanggannya adalah tetangga di sekitar lingkungan rumah. Hingga kini beberapa peralatan salon tersebut masih tersimpan rapi di rumah.
Kursus lain yang diikuti Mama adalah kursus kerajinan tangan seperti membuat sulam kristik dan tas rajut. Mama juga pandai menjahit, keterampilan menjahitnya didapatkan semasa sekolah. Rasanya senang saat mengenakan baju hasil kreasi Mama.
Mengisi Hari
Saat ini Mama telah berusia 76 tahun. Bersama Papa, Mama memulai harinya dengan mengikuti doa pagi secara daring dengan rekan-rekan persekutuan Gereja. Kemudian Mama ditemani oleh Papa akan berjalan kaki santai sekitar 30 hingga 45 menit untuk menjaga kebugaran.
Selepas berjalan kaki, Mama tidak langsung bersantai. Pekerjaan rumah tangga ringan dikerjakannya bersama dengan Papa karena tidak memiliki asisten rumah tangga, dan kami anak-anaknya tidak lagi tinggal serumah. Memasak, mencuci peralatan makan, hingga menyapu pekarangan rumah lazim dikerjakan oleh Mama. Namun aktivitas-aktivitas rutin tersebut intensitasnya menyesuaikan dengan kondisi fisik Mama saat ini.
Di tengah kesibukan melakukan aktivitas rumah tangga, Mama masih menyempatkan untuk hobinya yaitu berkebun. Kami menyebut Mama ‘bertangan dingin’ untuk urusan bercocok tanam, ini diwarisi dari Eyang kami yang adalah petani.
Mama menanam berbagai macam tanaman, mulai dari tanaman hias, tanaman obat, tanaman sayur hingga tanaman buah. Buah-buahan seperti jambu, rambutan, belimbing, mangga, delima, dan anggur adalah hasil kebun yang puas kami nikmati.
Belum lagi ragam pisang yang sering kami olah menjadi kolak atau kudapan ringan seperti pisang goreng.