Ketika membaca lembar koran pagi tadi mata saya terbelakak melihat tulisan judul yang sekilas terbaca sebagai PAINEM pada kolom opini. Setelah saya perhatikan dengan seksama ternyata bukan PAINEM melainkan PAIKEM. Artikel itu menawarkan pemikiran dan gagasan tentang metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan yang kemudian disingkat sebagai PAIKEM.
Buat saya ini menarik terutama pada bagian Menyenangkan. Sudah lama saya meyakini bahwa yang utama dan pertama dalam proses pembelajaran adalah menyenangkan, sehingga anak-anak menjadi senang belajar dan pergi ke sekolah. Kenapa menyenangkan itu menjadi penting? Sebab saya melihat sendiri betapa sengsaranya orang tua yang harus memaksa anaknya setiap pagi untuk sekolah. Pagi-pagi dan menemukan kenyataan anaknya mogok ke sekolah bakal menjadi cobaan hidup yang maha berat untuk orang tua sebelum melangkah ke jam atau hari berikutnya.
Selain mogok ada pula anak-anak yang doyan minta pindah sekolah. Merasa belajar di sekolah yang sekarang ini tidak enak sehingga ingin pindah ke sekolah lain. Urusan pindah memindah anak dari sekolah satu ke sekolah yang lain juga bukan urusan yang ringan untuk orang tua. Kakek dan nenek saya pernah mengeluhkan hal ini karena adik ibu yang paling bungsu punya hobby pindah-pindah sekolah.
Atas dasar itu maka buat saya memastikan bahwa bersekolah adalah menyenangkan untuk anak saya menjadi sangat penting. Namun dalam kondisi sekarang ini sebenarnya sulit untuk membuat anak saya menemukan kesenangan dalam belajar. Bayangkan pagi-pagi berangkat ke sekolah dengan membawa beban buku yang berat. Sampai di sekolah harus berusaha keras berkonsetrasi, mendengarkan guru yang ceramah di depan. Metode pengajaran yang amat umum dimana guru bicara murid mendengar.
Model satu arah ini bukan merupakan metode Pembelajaran Aktif, sebab siswa tidak ikut terlibat dalam pembelajaran selain sebagai pendengar yang manis. Tak heran dengan model pembelajaran satu arah itu, guru harus menjaga agar siswa tidak bosan dan mulai bercerita sendiri, ngobrol dengan teman sebangku, atau mulai mengusili teman sebelahnya. Tentu saja kemampuan anak-anak terutama anak sekolah dasar untuk duduk manis mendengarkan penjelasan guru masih rendah.
Kalau murid mulai ribut biasanya guru marah dan membentak siswa. Siswa bukan takut tapi kaget saja dan diam sebentar setelah itu ribut lagi. Dan biasanya kalau guru tak bisa mengendalikan suasana maka akan menyuruh anak-anak untuk menyalin tulisan atau soal dari buku pelajaran ke buku tulis.
Saya yakin bahwa guru-guru juga merasa berat mengajar dengan model pembelajaran satu arah dan bukan tidak tahu tentang metode Pembelajaran Aktif. Namun aneka model pembelajaran hanya menjadi wacana perbincangan dan tak pernah benar-benar dipraktekkan karena para guru tidak dilatih untuk menguasai metode itu. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan para guru itulah yang membuat metode Pembelajaran Aktif hanya menjadi jargon yang kerap diucapkan tapi tak dilakukan.
Andai guru mampu menerapkan metode Pembelajaran Aktif, maka akan terangsang untuk menyajikan sesuatu yang baru atau inovatif. Pembelajaran Aktif akan menuntut guru-guru untuk mengembangkan pendekatan baru, melakukan pembaharuan atas bahan atau materi yang disajikan selama ini. Dari situ akan lahir kreatifitas, guru akan menciptakan materi pembelajaran atau alat bantu yang sesuai dengan para muridnya. Pun demikian murid-muridnya bisa juga didorong untuk terlibat dalam proses kreati. Misalnya dalam keterbatasan peralatan mereka bisa menggunakan alat atau perkakas sederhana untuk mempelajari pergerakan matahari misalnya. Pembelajaran yang kreatif tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan juga di luar kelas. Untuk mengenal jenis akar-akaran, para siswa misalnya bisa diajak ke kebun.
Pembelajaran dengan cara seperti itu akan membuat siswa mengenal perbedaan akar antara tanaman yang satu dengan yang lain secara efektif. Anak-anak mengenal secara langsung, melihat, memegang dan merasakan. Efektif berarti apa yang disampaikan akan diterima secara maksimal oleh anak-anak, membekas dalam pikiran dan pemahaman mereka sehingga tidak mudah lupa. Pengenalan atas keragaman budaya atau daerah-daerah di Indonesia misalnya kurang membekas apabila hanya lewat gambar di buku atau menghafalkan lagu daerah, maka memutarkan film tentang nusantara akan jauh lebih baik. Pun demikian dengan pelajaran sejarah yang akan membuat siswa lebih tertarik dengan cara mengunjungi musium. Kombinasi dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Efektif akan membuat pembelajaran akan menyenangkan untuk anak-anak, untuk para siswa atau peserta belajar.
Kalau anak saya pulang sekolah maka yang saya perhatikan adalah wajahnya. Dan pada umumnya anak saya terlihat senang saat pulang sekolah walau diberi PR setumpuk oleh gurunya. Saya yakin anak saya senang bukan karena metode pembelajaran di sekolahnya yang menyenangkan. Anak saya senang sekolah karena kalau di rumah dia akan sendirian, maka lebih baik sekolah karena disana banyak teman. Kemudian pulang sekolah dia juga senang karena setelah ganti baju akan pergi ke rumah sebelah untuk bermain dengan kemenakan saya yang lain. Jadi ke sekolah untuk bermain dan pulang sekolah kemudian juga bermain, makanya hari-harinya menyenangkan.
Namun bukan tak mungkin suatu saat dia akan bosan dengan cara belajar di sekolah. Bosan karena pelajarannya begitu-begitu saja. Dan saya merasa ini menjadi tugas dari para guru-guru untuk membuat murid-muridnya tidak bosan dengan suasana belajar mengajar dalam kelas. Kurikulum 2013 andai itu kemudian diterapkan maka metode Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan secara potensial akan terwujud. Namun tentu saja tidak dengan segera karena perlu waktu untuk memperkenalkan dan memberi pelatihan pada para guru agar bisa mempraktekkannya secara benar. Andai ini tak dilakukan tentu saja PAIKEM kemudian benar-benar akan jadi PAINEM, nama pembantu di rumah sebelah yang menurut pengakuannya hanya sekolah sampai kelas 5 SD.
Pondok Wiraguna, 15 Mei 2013
@yustinus_esha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H