Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dukung Mendukung

7 Juni 2014   19:26 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:49 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hujan rintik dari subuh hingga menjelang siang membuat Ahmad enggan bangkit meninggalkan kasur. Namun suara televisi yang keras mau tak mau membuat Ahmad terjaga. Adalah kebiasaan istri Ahmad sebelum berangkat bekerja selalu menyalakan televisi keras-keras sebagai alarm untuk membangkitkan Ahmad dari mimpinya.

Di layar televisi bergantian muncul berita dari penjuru negeri perihal deklarasi dukungan untuk para calon presiden. Di setiap kota selalu saja ada kelompok yang berkumpul entah di depan taman makam pahlawan, lapangan olahraga hingga ballroom hotel mewah untuk menyatakan dukungan pada calon presiden tertentu. Ada pernyataan yang diterima oleh calon presiden sendiri, calon wakil presiden, petinggi partai pengusung dan ada juga yang diterima oleh kerabat calon presiden.

Berita soal pernyataan dukungan itu ternyata manjur untuk membangkitkan Ahmad dari tahta di kasurnya. Muncul sederet ide di benaknya, intinya Ahmad berniat juga untuk melakukan penggalangan masa, membuat entah forum, organisasi atau gerombolan baru untuk kemudian bersama menyatakan dukungan kepada calon presiden.

Setelah mandi dan menyeruput kopi yang mulai dingin, Ahmad mulai corat-coret, melakukan brainstorming dengan dirinya sendiri, kelompok apa yang hendak disasar untuk diajak menyatakan dukungan kepada calon presiden. Setelah setengah jam berkutat dengan pikirannya sendiri akhirnya Ahmad menemukan dua kelompok yang hendak diajaknya yaitu Pemulung dan Pengemis.

Buat Ahmad, pemulung adalah kelompok warga yang harus dijaga eksistensinya. Mereka adalah orang-orang yang mampu merubah sampah menjadi rupiah. Apapun yang mereka lakukan atas salah satu cara mampu mengurangi volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir yang kebanyakan tidak layak lagi sebagai pembuangan. Dalam pandangan Ahmad kelompok ini perlu ditolong, sebab di banyak tempat kelompok ini kerap ‘dicurigai’ berprofesi ganda. Mereka kerap dianggap bukan hanya memulung sampah, melainkan juga menjadikan laptop, jemuran, HP juga sebagai sampah sehingga dipulungnya juga. Tak heran di depan gang sering tertulis “Pemulung dilarang masuk”.

Kalau pengemis meskipun tidak banyak jumlahnya, buat Ahmad juga menjadi penting untuk ditolong oleh calon presiden jika kelak duduk di tampuk kekuasaan. Pengemis selama ini kerap dianggap sebagai orang yang malas, cari cara gampang dalam mencari uang. Hanya saja Ahmad tidak setuju dengan cara pikir semacam itu. Ada banyak faktor yang membuat seseorang kemudian hanya punya satu pilihan yaitu meminta-minta.

Tak perlu waktu lama bagi Ahmad untuk bisa berhubungan dengan kelompok yang dipilihnya. Dan tak perbincangan yang berlarat, kedua kelompok itu setuju untuk bergabung dengan Ahmad guna menyampaikan dukungan pada calon presiden tertentu. Namun berbeda dengan kelompok lainnya, Ahmad berencana menyampaikan dukungan kelompok kepada semua calon presiden, bukan hanya pada salah satunya.

“Dalam pilpres, tentu saja pemenangnya hanya satu, nah kalau kita hanya menyampaikan dukungan pada salah satunya lalu dia kalah, kan bisa repot kita”, ujar Ahmad kepada pentolan kelompok Pemulung dan Pengemis.

Kedua pentolan kelompok pada awalnya bingung, namun perlahan keduanya paham kalau yang tengah dilakukan oleh Ahmad adalah strategi makan dari dua piring. Dan itu sah-sah saja. Toh ada juga partai yang sepertinya mempunyai strategi menaruh dua kaki, kanan dan kiri terpisah. Menyatakan dukungan pada salah satu capres, tapi ada kadernya yang menjadi calon wakil presiden di calon presiden sebelahnya.

“Berarti kita harus pakai dua nama yang berbeda ya Pak Ahmad, tapi apakah mereka tak curiga dengan akal-akalan kita?”, tanya salah satu pentolan.

“Ah, tidaklah. Mereka kan sedang getol mencari dukungan. Buat mereka kan yang penting di berita muncul banyak pendukung, biar kelompok sebelahnya gugup”, sahut Ahmad.

Akhirnya disepakatidua nama yang akan dipakai untuk menyatakan dukungan kepada calon presiden. Kelompok pertama dinamai Forum Komunikasi Pemulung dan Pengemis Nusantara (FKPPN) dan kelompok kedua adalah Front Pemulung dan Pengemis Indonesia (FPPI).

Ahmad bergerak cepat menghubungi pihak capres untuk menyampaikan niatannya. Tim para capres setuju dan bersedia membiayai kegiatan pernyataan dukungan itu. Dan segera Ahmad pulang untuk corat coret membuat proposal kegiatan untuk kemudian diajukan kepada tim para capres tersebut.

Dalam sebuah kesempatan pentolan Pemulung dan Pengemis secara tulus menyampaikan terima kasih dan pujian kepada Ahmad yang membantu mereka menyalurkan aspirasinya. Saat mendengar ucapan mereka, Ahmad pun balas berkata diam-diam dalam batin “Seharusnya yang berterima kasih adalah saya, karena kesediaan kawan-kawan Pemulung dan Pengemis, saya tidak lagi menjadi broker jual beli sapi dan motor bekas”.

Pondok Wiraguna, 7 Mei 2014

@yustinus_esha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun