Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Kandidat, Mampukah Memenangkan Hati Rakyat?

13 Juni 2014   20:28 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:53 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Secara tak sengaja kemarin saya bertemu kawan di food court, lantai 3 sebuah pusat perbelanjaan di Samarinda. Setelah ber-ha-ha-hi-hi, teman saya itu mengatakan akan memilih calon yang tidak didukung oleh partainya, pilihan yang melawan loyalitas itu muncul setelah menyaksikan debat capres cawapres putaran pertama. “Tidak ada pilihan lain”, begitu katanya.

Mencermati debat kandidat pada pemilu presiden kali ini memang terasa ada nuansa yang berbeda. Masyarakat terlihat lebih antusias menyambut debat itu, yang disusun tematis untuk membahas pokok tertentu. Formatnya juga berbeda dengan debat yang sudah lazim dalam pemilu kepala daerah. Kali ini tidak lagi ada panelis, sehingga pemikiran atau gagasan dari sang capres maupun cawapres bisa diekplorasi lebih panjang dan dalam.
Debat yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam hanya dipandu oleh moderator dalam beberapa babak dengan pertanyaan panduan yang konon dihimpun dari masyarakat dan kemudian dikonklusi oleh panel ahli yang diundang oleh KPU.

Saya tidak punya kompetensi untuk menilai siapa yang memenangkan debat itu. Namun sepanjang debat berlangsung, saya memantau pergerakan linimasa account twitter saya yang ramai memunculkan score semacam pertandingan sepakbola saja. 1-0, draw, 2-0, 3-0, 4-0 dan kemudian ditutup hore .. 5-0 begitu kicauan pendukung capres tertentu. Saya sendiri tidak paham parameter apa yang dipakai untuk menentukan kemenangan itu.

Sepanjang saya mengikuti debat itu, sambil sesekali terbelah perhatian untuk mengurusi kamera yang saya pakai untuk merekam. Jawaban dari masing-masing pasangan sebenarnya tidak berbeda jauh. Kedua pasangan tidak mempunyai pandangan atau basis ideologi yang berbeda, semua sama-sama menjunjung tinggi Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI harga mati. Kalaupun nuansa jawabannya berbeda, itu karena salah satu pasangan lebih menjawab dengan pengalaman dengan contoh-contoh yang terjadi di lapangan.

Perbedaan lain mungkin soal gaya menjawab, salah satu pasangan lebih orisinal, lugas sebagaimana gaya yang mereka tunjukkan sehari-hari. Sehingga meski jawabannya terkadang itu-itu saja dan agak berputar-putar, cukup untuk membuat debat menjadi lebih segar. Sementara pasangan satunya seperti harus menjaga image sebagai seseorang yang tegas dan patriotik sehingga kurang berimprovisasi untuk menyegarkan ruang perdebatan.

Buat saya yang menarik justru penampilan Jusuf Kalla, sosok yang sebenarnya paling senior diantara Capres dan Cawapres. Namun JK justru tampil dengan pertanyaan yang mengelitik, nakal dan berhasil memancing emosi calon presiden lawan debatnya. Pertanyaan JK dianggap menyerang atau mengusik kontroversi di masa lalu yang kerap ditimpakan kepada salah satu calon presiden.

JK kurang lebih menyampaikan pertanyaan yang sebenarnya biasa saja “Bagaimana Anda menyelesaikan HAM dan mempertahankan HAM di masyarakat?. Bagaimana menyelesaikan HAM di masa lalu?. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya juga bisa diajukan kepada capres lainnya termasuk JK sendiri. Pasalnya memang masih banyak persoalan HAM di masa lalu yang belum diselesaikan, pun pada masa-masa yang berjalan ini meski kita sudah menganut paham demokrasi. Di masa pemerintahan SBY selama dua periode, kasus atau kejadian yang bernuansa pelanggaran masih terus terjadi dan negara kerap kali gagap dalam bertindak.

Buat saya tidak penting penilaian pasangan yang memenangkan debat. Yang paling penting, debat yang tematis itu semoga bisa menjadi wahana bagi masyarakat untuk mengenal lebih jauh masing-masing pasangan calon, gagasan dan pemikiran mereka pada pokok-pokok penting persoalan bangsa dan negara. Dengan menyaksikan debat itu, masyarakat bisa mulai membuat perbandingan sebagai dasar untuk menentukan pilihan.

Untuk yang sudah punya pilihan, debat bisa menjadi penguat untuk meneguhkan pilihan atau kemudian justru menjadi alasan untuk mengkoreksinya. Sementara yang belum punya pilihan, debat bisa menjadi bahan pertimbangan untuk segera menentukan pilihan. Dan mereka yang sudah menentukan untuk tidak memilih, debat bisa jadi akan membuat anda merubah keputusan.

Jadi selamat menyaksikan debat berikutnya. Dan yang paling penting tak perlu membuang perhatian untuk moderator yang mungkin garing dalam membawa perdebatan karena sibuk mengatur kapan pemirsa boleh bertepuk tangan atau tidak.

Pondok Wiraguna, 13 Juni 2014
@yustinus_esha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun