Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Catatan Pemilu Mas Romo 25: #CaraMakan

1 Februari 2014   14:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:15 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sulit untuk mencari teori yang bisa menerangkan carut marut kehidupan bangsa Indonesia. Sepertinya tidak ada teori yang cocok untuk mengambarkan berbagai fenomena yang tumbuh bersamaan di Indonesia. Orang bilang negara ini negara demokrasi, tetapi banyak keputusan penting hanya diambil oleh sekelompok tertentu. Ada yang bilang di negeri ini hukum adalah panglima, tapi ada saja sekelompok orang yang bisa semena-mena menentukan ini boleh dan ini tidak boleh. Tidak sedikit yang menyebut diri sebagai bangsa timur, yang halus dan sopan, tetapi nyatanya kekerasan serta kekasaran terjadi di mana-mana.

Dalam sebuah kesempatan Mas Romo menemukan cara untuk mengambarkan bangsa ini berdasarkan cara makan. Teori ini muncul dari keterangan seorang narasumber yang hadir dalam sebuah lokakarya. Apa yang dipaparkan oleh narasumber begitu mengena dalam hati Mas Romo yang kalau tidak malu sebenarnya ingin berteriak “Ini sudah yang paling betul”.

Nara sumber mengambarkan kelompok masyarakat berdasarkan perilaku dalam soal makan. Menurutnya kelompok masyarakat pertama adalah kelompok yang bertanya besok bisa makan apa tidak?. Kelompok ini adalah kelompok masyarakat marjinal, yang bisa tidak beroleh pendapatan apabila tidak ada yang mempekerjakannya. Kelompok yang tidak bisa beroleh penghasilan apabila seharian diguyur hujan. Pendapatan mereka hari ini dimakan habis hari itu juga, tak ada tabungan. Maka kalau sakit tak bisa ke rumah sakit atau ke dokter yang sekali periksa menyedot uang ratusan ribu.

Kelompok masyarakat kedua adalah yang bertanya besok makan apa. Ini juga merupakan kelompok kebanyakan dalam masyarakat. Mereka barangkali bisa makan cukup, tetapi harus hati-hati dalam menentukan jenis makanan yang dikonsumsi agar dompet tidak segera kosong. Jadi tak boleh terus menerus makan di luar, makan makanan dengan lauk ikan, daging atau ayam setiap hari. Salah mengelola keuangan, bisa-bisa sampai dari tengah hingga akhir bulan hanya makan nasi putih dengan kecap dan kerupuk.

Kemudian kelompok yang ketiga, adalah kelompok yang selama ini dikategori sebagai kelas menengah. Orang terdidik namun bekerja pada orang lain sebagai pegawai, baik negeri maupun swasta. Atau berusaha mandiri dengan menjadi pengusaha, penjual jasa namun belum masuk dalam kelas pengusaha besar. Untuk urusan kebutuhan pokok, penghasilan mereka relatif sudah mencukupi. Maka mereka bisa menikmata santapan di resto-resto tertentu. Mencoba makanan-makanan baru, mereka menikmati makanan sebagai bagian dari menikmati hidup. Maka pertanyaannya adalah besok makan dimana?.

Kelompok diatasnya adalah kelompok keempat, yang bertanya besok makan dengan siapa. Kelompok ini adalah kelompok bisnisman, pelobi, pejabat tinggi yang tidak punya banyak waktu. Sehingga saat makanpun adalah masa yang sangat berharga. Hampir semua kebutuhannya sudah terpenuhi, kebutuhan mereka yang paling besar adalah mengoalkan proyek-proyek, memperluas jaringan yang tentu saja akan berimbas positif pada bisnisnya.

Kelompok kelima atau yang terakhir, kelompok paling tinggi adalah kumpulan orang-orang elite, baik dalam pemerintahan, bisnis maupun politik. Segala keenakan makanan berikut tempat-tempat makan favorit tentu saja sudah tidak penting buat mereka karena terlalu biasa. Maka pertanyaan yang mereka ajukan adalah besok makan siapa. Makanan mereka yang sesungguhnya adalah mengalahkan orang lain, membuat dirinya menjadi yang terhebat dan kuat. Siapapun yang menghalangi atau berpotensi menganggu akan dimakannya.

“Inilah orang paling pintar di negeri ini” begitu guman Mas Romo seusai mendengar uraian narasumber lokakarya yang diikutinya.

Penjelasannya buat Mas Romo sangat masuk akal terutama saat menjelang pemilu dimana banyak orang bersaing untuk menjadi kelompok masyarakat kelima. Orang-orang yang bersaing untuk menduduki jabatan sebagai wakil rakyat, pemimpin negeri yang menggunakan segala cara untuk meraih kedudukannya. Mereka bahkan saling memakan dengan calon lain yang berasal dari partai yang sama. Kalau tidak dapat dalam kesempatan ini, maka kesempatan lain akan diraih kalau perlu dengan mencungkil kawannya yang sudah duduk di kursi empuk.

“Jadi, kalau dalam pemilu kita tidak benar-benar memilah untuk memilih, maka jangan-jangan yang terpilih adalah orang-orang yang kesukaannya memakan orang lain” pesan Mas Romo pada dirinya sendiri.

Pondok Wiraguna, 26 Januari 2014

@yustinus_esha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun