Langkah pertama untuk menjadi sukses adalah mempunyai keinginan yang kuat untuk sukses. Sebuah langkah yang sebenarnya sederhana, hanya saja tak dipunyai oleh semua orang. Saking pentingnya untuk menumbuhkan keinginan untuk sukses, maka munculah sederetan orang yang disebut sebagai motivator. Masing-masing motivator menawarkan jalan untuk sukses, salah satu yang terkenal adalah Mario Teguh dengan Golden Ways – nya.
Kenapa sukses begitu penting?. Anak-anak alay bilang “ Jika gagal tampan, maka mesti mapan”. Artinya kekurangan di salah satu hal akan bisa dikompensasi bila berhasil di hal lainnya. Sukses bagi sebagian orang dikaitkan dengan keberhasilan dalam hal keuangan dan kedudukan sosial. Dengan keuangan yang kuat dan kedudukan sosial yang tinggi maka ketampanan dan kecantikan hanyalah bonus belaka.
Untuk menjadi sukses, seseorang perlu dukungan dan bantuan baik dari lingkungan dalam maupun luar. Hal ini nampak nyata menjelang pemilu dimana kerja-kerja kandidat disokong oleh sebuah tim yang disebut sebagai tim sukses.
Meski disebut sebagai tim sukses namun sebenarnya tim yang benar-benar sukses, mampu memenangkan kandidat dalam meraup suara tidak banyak jumlahnya. Sebagian besar, 90% tim sukses akan berakhir dengan kegagalan, walau kemudian tetap saja disebut tim sukses.
Saya sendiri belum pernah terlibat dalam kerja-kerja tim sukses sehingga tak bisa menceritakan seluk beluk kerjanya. Namun sejauh yang saya ketahui tim sukses mulai muncul pada pemilu di jaman reformasi. Dimana muncul banyak lembaga yang menyediakan jasa riset politik dan lain-lain untuk menyokong partai dan kandidat bukan dalam struktur organisasi politik.
Makin hari jumlah mereka yang terjun sebagai bagian atau penyedia jasa untuk tim sukses semakin banyak. Keahliannya juga macam-macam dan selalu berkembang strategi-strategi baru yang bagi saya sangat mencengangkan.
Ada banyak jenis tim sukses pun dengan motivasi seseorang bergabung di dalamnya. Sekarang ini marak dengan sebutan relawan, seolah tim sukses yang dibentuk terdiri dari relawan-relawan yang tidak dibayar, bergabung secara sukarela untuk menyokong kerja-kerja kandidat menghadapi pemilu.
Namun tak sedikit pula tim sukses yang mendasarkan diri pada kerja profesional. Sokongan pada kandidat didasarkan atas perjanjian kerja dengan bayaran tertentu. Tim sukses jenis ini tak akan menghitung kedekatan, kesamaan pandangan atau cita-cita dengan kandidat melainkan berapa jumlah bayarannya. Asal bayaran cocok maka sumberdaya yang dipunyai akan dikerahkan untuk mensukseskan kerja-kerja kandidat dalam meraih suara pemilih dan kemenangan dalam pemilu.
Diluar itu kebanyakan tim sukses adalah tim yang tidak jelas sifatnya, apakah sukarela atau profesional. Tim jenis ini tentu saja kerjanya sulit untuk diukur dan komitmentnya terhadap kandidat bisa jadi kurang kuat. Tim jenis ini berpotensi menjadi tim silet yang justru bakal mengerogoti kandidat, entah pada saat pemunggutan suara maupun sesudahnya.
Karena ada banyak orang membantu kandidat dengan harapan akan mendapat sesuatu kalau nanti kandidat duduk di kursi kekuasaan. Imbalan itu bisa berupa akses dan kemudahan yang bisa dikonversi menjadi uang. Maka menjadi tim sukses ibaratnya menanam jasa atau budi yang akan ditagih nantinya.
Akhirnya saya hanya mau mengingatkan untuk mereka yang bercita-cita meraih kedudukan melalui pemilu, jangan sekali-kali bergabung menjadi tim sukses dan kemudian dikenal sebagai orang yang piawai. Pasalnya jika pemilu berikutnya tiba maka banyak orang akan meminta anda untuk menjadi tim sukses-nya, kalau sudah begitu tentu saja anda tak bisa ikutan mencalonkan diri dalam pemilu. Dan konon kata orang, pekerjaan atau aktivitas sebagai tim sukses itu ibarat candu, sekali merasakan maka akan ketagihan.
Pondok Wiraguna, 5 April 2014
@yustinus_esha