Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Catatan Pemilu Mas Romo 10: #KucingdalamKarung

27 Januari 2014   11:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa pemilu yang lalu sering terdengar ungkapan “Jangan beli kucing dalam karung”. Orang-orang terbodohpun tahu dan tak akan melakukan hal itu. Bagaimana mungkin seseorang mau membeli barang yang tak dilihatnya. Tapi ungkapan itu tak bermakna demikian, yang dimaksudkan adalah jangan memilih seseorang yang tidak kita kenal, tidak ketahuan track records-nya, begitu kira-kira.

Lalu kucing mana yang tidak dalam karung?. Ya, biasanya adalah orang-orang yang telah dikenal, punya pengalaman panjang dalam politik, pernah menduduki jabatan sebelumnya. Jadi ungkapan “Jangan membeli kucing dalam karung”, bukan hanya ungkapan favorit para voter educator, melainkan calon-calon yang merasa lebih pengalaman dari pada calon-calon baru yang entah datang dari mana.

Tapi ungkapan itu sudah tak relevan lagi untuk jaman sekarang. Jaman yang oleh Mas Romo dikatakan sebagai jaman telanjang bulat. Jaman yang serba terbuka, kabar berita bisa dinikmati secara real time, tak perlu menunggu lagi siaran tunda. Dengan demikian kucing akan tetap terlihat meski sembunyi dalam karung, begitu kata Mas Romo.

“Tapi tetap saja seorang calon masih perlu mengenalkan diri ke masyarakat Mas?” sanggah seorang kawan.

“Ya, untungnya masyarakat kita sebagian besar masih malas melakukan penelusuran, tracking candidate”, sahut Mas Romo.

“Maksud Mas Romo apa?”

“Ya kita mencari tahu siapa saja kandidat atau calon peserta pemilu. Yang namanya daftar calon tetap kan sudah ada, disitu kita bisa lihat siapa namanya, dari partai apa serta biodata singkatnya. Kalau mau cari tahu lebih kan mudah saja, tinggal ketik namanya di google, nah ada catatan apa tentang dia”, terang Mas Romo.

“Masak segampang itu?”

“Lha iya lah, kalau kurang, ya kita cari lagi account sosial medianya. Kalau memakai twitter, kita bisa cek apa kicauannya. Kalau pakai facebook, ya lihat saja apa postingannya.Dari kicauan atau postingan kan kita bisa tahu profil orang itu. Siapa lingkungan pergaulannya, apa pemikirannya, kesenangannya juga dan lain sebagainya”, tambah Mas Romo.

“Masih ada cara lainkah Mas Romo?”

“Yang namanya sosial media kan banyak, bisa jadi orang itu punya instagram. Nah kita bisa cek foto-foto apa yang diposting. Kalau di sekitarnya banjir lalu dia memposting foto lagi happy-happy kan ketahuan kalau orang itu nggak punya hati, begitu kan?” ujar Mas Romo.

“Tapi kan tidak semua orang diindex oleh google Mas Romo”

“Memang, tapi kan tidak semua orang juga jadi calon peserta pemilu. Amat keterlaluan kalau seseorang yang maju jadi peserta pemilu tidak menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Bukan cuma pantas disebut gaptek saja melainkan juga potensi bawaan untuk tidak terbuka”, jawab Mas Romo.

“Jadi kalau ada caleg lalu tak punya account sosial media yang aktif jangan dipilih, gitu ya Mas Romo?”

“Ya, itu kata kamu. Tapi sebaiknya memang begitu. Artinya parameter kita yang pertama untuk memilah adalah punya account sosial media apa tidak”, terang Mas Romo.

“Lho, kok dipilah, apa nggak langsung dicoret Mas?”

“Calon itu banyak, barangkali yang bagus juga banyak tapi kursi kan sedikit. Jadi mesti ditapis secara berlapis. Mulai 100 besar, 50 besar, 25 besar, 10 besar dan seterusnya”, ujar Mas Romo.

“Mau milih saja kok susah ya Mas”

“Kalau nggak mau susah ya nggak apa-apa, pilih saja sembarang. Tapi resikonya 5 tahun ke depan kita bakal susah, mau kamu?” tanya Mas Romo.

“Kalau pilih kucing yang suka kasih uang gimana Mas Romo?”

“Ya berarti kamu memilih kucing yang kelak bakal jadi kucing garong”, pungkas Mas Romo

Pondok Wiraguna, 18 Januari 2014

@yustinus_esha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun