Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

3 Cara Cepat dan Tepat Menjadi Wakil Rakyat

10 Juni 2014   18:55 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:24 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasca pemilu legislatif, muncul 2 kategori politisi, yakni politisi sukses dan politisi gagal. Disebut sebagai politisi sukses karena perolehan suaranya mampu mendudukkan dirinya sebagai anggota dewan terpilih. Disebut sebagai politisi gagal karena statusnya tetap sama yaitu hanya berhasil menjadi caleg, karena suaranya tak cukup untuk membawa kursi di gedung perwakilan.

Jika politisi sukses dan politisi gagal bersanding, maka apa boleh buat segala rumus yang diungkapkan caleg gagal untuk meraup suara meski secanggih apapun pasti akan dibantah dan dimentahkan oleh politisi sukses.

Pada suatu waktu saya sempat berada bersama dalam satu tempat dengan politisi sukses dan politisi gagal. Seru memperbincangkan pemilu yang baru lalu dan pemilu yang akan datang yaitu pemilu presiden. Kebetulan antara politisi sukses dan politisi gagal berada dalam posisi yang berbeda dukungannya terhadap capres. Politisi sukses dan politisi gagal ini berada dalam kubu yang berbeda.

Ketika politisi gagal mengurai berbagai strategi untuk memenangkan pasangan capres dan cawapres yang didukungnya, selalu saja dimentahkan oleh politisi sukses. Argumennya tidak panjang-panjang, cukup dengan mengatakan “Strategi dan teorimu itu tidak terbukti, kamu saja tidak terpilih”.

Berkali-kali bicara panjang lebar ditambah aneka teori hasil bacaan buku oleh penulis ternama, namun berkali-kali pula dibantah dengan perkataan singkat membuat politisi gagal menunjukkan gejala naik pitam. Tentu saja perubahan rona wajah politisi gagal dibaca oleh politisi sukses, yang kemudian mengambil inisiatif untuk mendinginkan situasi, memainkan emosi politisi gagal.

Politisi sukses membuka dengan pernyataan “Kamu pasti masih punya keinginan untuk menjadi wakil rakyat kan?. Nah, kalau pilihan partaimu tidak tepat pindah saja ke partai saya”. Mendapat tawaran meski masih prematur, wajah politisi gagal menjadi sedikit normal.

“Dan ini rahasianya agar kita terpilih menjadi wakil rakyat. Tidak perlu panjang-panjang dan banyak langkah”, kata politisi sukses perlahan.

Kemudian politisi sukses itu menguraikan tip dan trik yang diklaim memberi andil besar bagi dirinya sehingga terpilih sebagai wakil rakyat. Pertama, politisi sukses menyarankan pada politisi gagal agar tahan menghadapi cercaan dan hinaan. Menurutnya cercaan dan hinaan yang disimpan dalam hati akan menjadi motivasi, energi pembakar untuk berjuang keras membuktikan diri. Perjuangan keras yang didasari oleh keinginan untuk membuktikan diri akan membuat langkah menjadi fokus, tidak mudah menyerah dan berorientasi pada hasil.

“Kamu tahu saya ini orang yang paling dihina di partai, tapi saya terima saja hinaan itu. Dan ini buktinya, saya terpilih”, kata politisi sukses tanpa bermaksud menyombongkan diri.

Nasehat berikut dari politisi sukses ke politisi gagal adalah untuk segera menganti penasehat politiknya. Menurut politisi sukses, penasehat yang tepat akan menghasilkan sukses yang besar pula. Hati-hati memilih penasehat karena tidak semua penasehat mempunyai niat yang baik. Ada yang sekedar cari untung sesaat. Penasehat yang baik adalah yang benar-benar berpikir menemukan cara terbaik, karena dirinya akan tertolong jika yang dinasehati berhasil menduduki jabatan yang diinginkan.

Dan sebagai nasehat terakhir dengan tegas politisi sukses mengatakan “Rajinlah menabung, tahu kan maksud saya?”.

Tentu saja jelas yang dimaksud oleh politisi sukses itu. Di balik semua perjuangan keras, strategi penjangkauan pemilih dan lain sebagainya harus selalu diakhiri dengan ketersediaan amunisi terakhir yaitu uang. Artinya pertarungan paling ujung dari segenap usaha untuk meraup suara adalah uang. Soal uang, politisi sukses berpesan “Jangan hambur uang di depan, tapi di belakang. Ingat panas setahun diguyur hujan sehari”.

Apa yang disampaikan oleh politisi sukses barangkali terlalu sederhana, namun politisi gagal tak hendak menanggapi, masalahnya pasti kembali akan dibully.

“Jadi kawan, kalau mulai hari ini saya menghina atau mencela kamu, jangan marah. Karena itu saya lakukan agar kamu berjuang keras, menjadikan cercaaan dan hinaan sebagai kekuatan untuk berjuang. Nah, berhasil tidaknya kamu menahan hinaan itu akan terlihat di pemilu 2019”, ujar politisi sukses pada politisi gagal.

Dan politisi gagal hanya bisa diam tertunduk sambil membayangkan betapa tidak enaknya menahan cercaan dan hinaan selama lima tahun ke depan.

Pondok Wiraguna, 9 Juni 2014

@yustinus_esha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun