Aku anak bungsu dari empat bersaudara dan aku adalah anak perempuan satu-satunya. Menjadi anak perempuan terkecil dan tidak pernah merasa dewasa.
Oleh: Yustina Septiyarini
Selasa, 7 Mei 2024
Halo, perkenalkan aku seorang perempuan berusia 21 tahun saat itu. Mungkin bagi sebagian orang, angka 21 menunjukkan kedewasaan. Namun bagiku tidak, aku selalu merasa menjadi seorang anak kecil yang tidak pernah dianggap dewasa.
Keputusanku untuk berangkat ke rumah kakakku yang ada di bekasi sudah bulat. Aku lantas memesan tiket bus tanpa memberi tahu kakak laki-lakiku yang setiap hari selalu bertemu. Iya, karena kita satu rumah.
Aku tahu, ia tak kan menyukainya atau mungkin bisa saja ia menentangnya. Namun hal itu tak lantas menyurutkan niatku. Dukungan dari Ibu dan kakakku yang ada di bekasi semakin menyakinkn diriku untuk mencoba hal baru itu. Yaps! Ke lur kota sendirian! Aku sudah menantikannya sejak lama dan aku akan melakukannya!
Tibalah hari dimana aku akan naik bis untuk melintasi kota-kota itu. Aku sangat bersemangat! Ah akhirnya, hari yang ditunggu datang juga. Namun sebelum itu, pastinya aku harus berpamitan dengan kakakku. Kira-kira apa yang terjadi? Ya benar, kakakku tidak menyukainya yang ia tunjukkan dengan raut wajahnya yang menyiratkan ketidaksenangan itu.
Baiklah, aku terima itu. Tak mengapa, selagi ibu mendukung semuanya aman.
Oke, saatnya kita berangkat. Aku menaiki bis dan mengabari kakak laki-lakiku yang ada disana. Dia sangat menunggu kedatanganku. Setiap kali aku berhenti ataupun melintasi kota, aku selalu mengabarinya.
Namun ada yang janggal saat perjalanan, aku merasa perjalanan yang ku tempuh sangat jauh. Aneh tapi nyata, dan ternyata aku kurang tepat ketika memilih tiket bis. Ketika aku dan kakakku menemukan kejanggalannya, kami tertawa melalui pesan singkat dalam gawai “Kok bisa beli tiket jalur selatan? Hahaha jadinya lama banget!”.