Mohon tunggu...
Yusticia Arif
Yusticia Arif Mohon Tunggu... Administrasi - Lembaga Ombudsman DIY

I Q R O '

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karena Saya Memilah Sampah, Maka Saya Ada

2 Oktober 2015   14:50 Diperbarui: 2 Oktober 2015   14:50 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

[caption caption="Proses memilah sampah organik dari dapur"][/caption]

 

 

 

Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan Sampah

  • Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami masalah persampahan
  • Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan
  • Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan
  • Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga memperbanyak populasi vector pembawa penyakit seperti lalat dan tikus
  • Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas juga ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga cepat rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah
  • Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah
  • Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai sebagai tempat pembuangan sampah
  • Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan
  • Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang semakin panas.
  • Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan
  • Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah
  • Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang memperhatikan faktor non teknis dan non teknis seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

Idealnya, konsep pengelolaan sampah adalah dengan konsep zero waste. Konsep zero waste yaitu penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), serta prinsip pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi beban pengangkutan (transport cost).

[caption caption="Salah satu komposter di halaman"]

[/caption]

[caption caption="Daun bawang "]

[/caption]

Salah satu konsep pengolahan sampah adalah dengan pengomposan. Kompos adalah hasil penguraian bahan organik melalui proses biologis dengan bantuan organisme pengurai. Proses penguraian dapat berlangsung secara aerob (dengan udara) maupun anaerob (tanpa bantuan udara) (Epstein, 1997). Fungsi utama kompos adalah membantu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik kompos dapat menggemburkan tanah, aplikasi kompos pada tanah akan meningkatkan jumlah rongga sehingga tanah menjadi gembur.

[caption caption="Tanaman tomat"]

[/caption]

 

[caption caption="Tanaman cabe"]

[/caption]

 

[caption caption="Jagung manis"]

[/caption]

 

[caption caption="Jeruk peras"]

[/caption]

 

Pada dasarnya semua bahan organik dapat dikomposkan, seperti: sampah organik pasar, limbah organik rumah tangga, kotoran/limbah peternakan, limbah pertanian, limbah agroindustri, limbah pabrik gula, dan lain-lain yang bersifat fibrous (berserat). Sedangkan bahan organik yang perlu dihindari sebagai bahan baku kompos ialah bahan organik yang memiliki kadar air tinggi (seperti: semangka, melon, mentimun, tomat, dan lain-lain) karena akan mempertinggi kadar air pada kompos.

Pengomposan sampah organik memiliki banyak manfaat yang dapat menguntungkan masyarakat. Manfaat yang dapat diperoleh dari pengomposan dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain:

Aspek Ekonomi :

  • Menghemat biaya transportasi sampah ke Tempat Pembuangan Akhir dan penimbunan limbah
  • Mengurangi volume sampah
  • Memiliki nilai ekonomi lebih dari bahan asalnya
  • Menambah penghasilan.

Aspek Lingkungan

  • Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah
  • Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
  • Menghindari/tidak menjadi sumber penyakit karena lalat dan bakteri yang merugikan

Aspek Bagi Tanah/Tanaman

  • Meningkatkan kesuburan tanah
  • Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
  • Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
  • Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
  • Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, kandungan gizi, dan jumlah panen)
  • Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
  • Menekan pertumbuhan / serangan penyakit tanaman
  • Meningkatkan retensi / ketersediaan hara di dalam tanah

Aspek Bagi Masyarakat atau Sosial

  • Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat (usaha padat karya)
  • Menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat
  • Mengubah pandangan masyarakat bahwa sampah merupakan masalah menjadi sesuatu yang berkah.

Proses pengolahan sampah di masyarakat kita bukan tanpa hambatan. Minimnya kesadaran pemilahan dan pengolahan sampah, dan bagaimana visi manusia untuk memperlakukan terhadap sampah di masa depan masih belum tersentuh secara mendasar. Meski wacana dan teknologi pengolahan sampah terus berkembang, tapi di tingkat paling kecil dari komunitas, yaitu rumahtangga, masih belum dipahami. Akhirnya, kampanye pelestarian lingkungan dengan pengolahan sampah masih jauh dari harapan, sementara ancaman terhadap lingkungan semakin meningkat dan mendekat.

 

Semua foto adalah koleksi pribadi dan saya sajikan semata-mata bahwa dengan komitmen, kita bisa mempraktekkan pemilahan dan pengolahan sampah, menciptakan urban farming di halaman dan kemudian mendapatkan manfaatnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun