Selain itu, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat juga menjadi kunci dalam menangkal radikalisasi. Program pendidikan yang fokus pada toleransi dan keberagaman, seperti yang diterapkan di Jerman dan Kanada, telah menunjukkan hasil yang positif dalam mengurangi tingkat radikalisme di kalangan pemuda.[5] Pemberdayaan ekonomi dan sosial, terutama di komunitas yang rentan, juga membantu mengurangi faktor-faktor yang mendorong radikalisasi.
Â
Pendekatan deradikalisasi dan rehabilitasi bagi mantan ekstremis juga mendapatkan perhatian lebih. Inisiatif seperti program rehabilitasi di Indonesia yang menggabungkan pendekatan psikologis, sosial, dan keagamaan telah berhasil mereintegrasikan mantan ekstremis ke dalam masyarakat.[6]
    Â
Kesimpulan
Â
Radikalisme dan terorisme agama tetap menjadi tantangan besar bagi keamanan global. Dalam tiga tahun terakhir, faktor-faktor seperti propaganda online, ketidakstabilan politik dan ekonomi, serta marginalisasi sosial telah memperburuk situasi. Namun, upaya global melalui kerjasama internasional, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan program deradikalisasi memberikan harapan dalam menanggulangi ancaman ini. Ke depan, diperlukan komitmen yang lebih besar dari semua pihak untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan damai.
Â
[1] Gabriel Weimann, "Terror on the Internet: The New Arena, the New Challenges," Journal of Cybersecurity, 2021.
[2] Peter Jones and Laura Smith, "Economic and Political Instability as Drivers of Radicalization," International Journal of Security Studies, 2022.
[3] Mohammed Hafez and Creighton Mullins, "Radicalization and Terrorism: Causes and Prevention Strategies," Journal of Terrorism Studies, 2023.