Mohon tunggu...
Yustiar Catur Negara
Yustiar Catur Negara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercubuana Jakarta

Yustiar Catur Negara - 41521010049 - Fakultas Ilmu Komputer - Teknik Informatika - Universitas Mercubuana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Memahami Komunikasi dengan Pendekatan Semiotika

4 April 2023   16:33 Diperbarui: 4 April 2023   16:42 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4. Contoh Interpretasi Segitiga Makna Peirce (Sumber: PENGANTAR TEORI SEMIOTIKA, 2022)

Sudah banyak penelitian mengenai komunikasi yang telah dilakukan, para ahli yang terlibat seringnya bertanya tentang siapa, apa yang dikatakan, atas dasar channel yang mana, siapa yang dituju, serta bagaimana dengan efeknya. Namun pada perkembangan selanjutnya, ada pertanyaan yang lebih mendasar mengenai bagaimana komunikasi dan 'dampaknya' dimediasikan dalam wacana. Pertanyaan yang muncul lebih kepada bagaimana media dan audiens berinteraksi sebagai agen-agen kehidupan tanda dalam masyarakat, dengan implikasi pada nilai kehidupan sehari-hari maupun struktur sosial.

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi komunikasi sehari-hari baik secara verbal atau secara non-verbal. Komunikasi verbal memiliki arti yaitu komunikasi yang memanfaatkan kata -- kata yang diungkapkan melalui lisan maupun melalui tulisan. Sedangkan itu, yang dimaksud dengan komunikasi non-verbal dapat berbentuk sebagai simbol, warna, gambar, Gerakan tubuh, dan ekspresi muka. Apabila kita perhatikan, dalam kehidupan sehari -- hari kita, seringkali menggunakan tanda, lambang, dan berbagai simbol. Misalnya, saat sedang chattingan atau mengirim pesan melalui aplikasi whatsapp dan sejenisnya kita menggunakan emoji, simbol -- simbol atau rambu -- rambu lalu lintas, logo -- logo yang biasa kita temui sehari -- hari, dan lain -- lainnya. Dan hal inilah yang menjadi bahan kajian dalam ilmu semiotika.

Namun, dalam kenyataannya baik komunikasi verbal atau komunikasi non-verbal ini, ternyata selalu menggunakan tanda (sign) dalam berinteraksi. Merujuk kepada pernyataan Charles Sanders Peirce, tanda (sign) tidak hanya terbatas pada komunikasi non-verbal, tapi termasuk juga komunikasi verbal yang didalamnya menggunakan kata -- kata dalam suatu bahasa. Karena bahasa itu sendiri (verbal) juga merupakan sistem tanda yang paling fundamental atau paling dasar bagi manusia, sedangkan tanda -- tanda non-verbal seperti gerak -- gerik, bentuk pakaian, serta berbagai macam dari praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda -- tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi -- relasi. (Sobur, 2003)

Sebuah dogma, kepercayaan atau doktrin yang popular dalam ilmu komunikasi berbunyi "words don't mean, people mean." Yang memiliki arti, sesungguhnya kata -- kata tidak memiliki makna, manusialah yang melekatkan makna -- makna ke dalam berbagai jenis kata -- kata tersebut. Oleh karena itu, ketika kita berkomunikasi baik secara verbal maupun secara non-verbal, sesungguhnya kita telah menggunakan berbagai sistem penandaan.

Definisi Komunikasi

Secara etimologis atau asal -- usul kata tertentu, kata komunikasi berasal dari bahasa inggris, yaitu "communication" yang dikembangkan di negara Amerika Serikat dan berasal dari unsul persuratkabaran, yakni jurnalisme. Selain dari itu, komunikasi juga dapat diambil dari bahasa latin yaitu "communicare" yang memiliki arti berpartisipasi atau memberitahukan, communis yang berari miliki bersama atau berlaku di mana -- mana, communico yang berarti membuat sama, dan communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama yang dimaksudkan disini ialah sama dalam hal makna. (Roudhonah, 2019)

Secara terminologis atau secara istilah kata, para pakar mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

  • Menurut Carl Hovland, Janis, dan Kelly, komunikasi adalah suatu proses melalui dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata -- kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang -- orang lainnya (khalayak).
  • Menurut Bernard Berelson dan Gary A.Steiner, komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain -- lain melalui penggunaan simbol -- simbol seperti kata -- kata gambar angka -- angka dan lain -- lain.
  • Menurut Harold Lasswel, komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan "siapa", "mengatakan apa", "dengan saluran apa", "kepada siapa", dan "dengan akibat apa" atau "hasil apa". (Who, say what, in which channel, to whom, and with what effect).
  • Menurut Barnlud, komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan -- kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
  • Menurut Weaver, komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lain.
  • Menurut Gode, komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki dua orang atau lebih. (Riswandi, 2009)

Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan karakteristik komunikasi adalah sebagai berikut:

  • Komunikasi adalah suatu proses. Ini berarti, komunikasi merupakan rangkaian dari tindakan atau pertistiwa yang berurutan dan memiliki keterkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi bersifat dinamis dalam artian akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus -- menerus.
  • Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan. Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Maksud dari sadar di sini berarti kegiatan komunikasi dilakukan dalam keadaan sepenuhnya berada dalam kondisi psikologis yang terkendali atau terkontrol bukan dalam keadaan mimpi. Disengaja disini memiliki maksud bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pelakunya. Lalu, tujuan disini merupakan hasil yang dinginkan.
  • Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat. Komunikasi akan efektif jika pihak -- pihak yang terlibat, seperti komunikator dan komunikan, memiliki perhatian yang sama serta ikut terlibat terhadap topik pesan yang disampaikan.
  • Komunikasi bersifat simbolis. Pada dasarnya, komunikasi menggunakan lambang -- lambang atau simbol -- simbol dalam kegiatannya. Pada komunikasi verbal, lambang atau simbol -- simbol mengambil perwujudan dalam kata -- kata, kalimat, angka ataupun tanda -- tanda lainnya yang sistematis dalam suatu bahasa. Sedangkan, pada komunikasi non-verbal berupa gerakan tubuh, tangan, kaki, warna, gambar, sinyal, simbol, bendera, lambang lalu lintas dan lain -- lain.
  • Komunikasi bersifat transaksional. Kesuksesan komunikasi tidak hanya di tentukan oleh salah satu pihak saja, tetapi oleh kedua belah pihak dalam komunikasi tersebut. Apabila kita perhatikan, pada dasarnya komunikasi yang menuntut adanya tindakan memberi dan menerima antara komunikator and komunikan.
  • Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Maksud dari pernyataan ini ialah, pihak -- pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tidak harus berada dalam ruang dan waktu yang bersamaan karena adanya kemajaun teknologi saat ini maka komunikasi dapat dilakukan secara online atau melalui media. Contoh dari media -- media komunikasi ini ialah seperti radio, televisi, telepon, Whatsapp, email, media sosial, dan lain sebagainya.

Manusia mampu menciptakan simbol -- simbol dan memberi arti pada gejala -- gejala alam yang ada di sekitarnya, sementara hewan hanya dapat mengandalkan bunyi dan bau secara terbatas. (Cangara, 2012)

Manusia sebagai makhluk sosial selalu melakukan interaksi komunikasi dalam kesehariannya. Pada interaksi tersebut, manusia bisa menggunakan banyak simbol -- simbol atau tanda. Selain diberkati dengan kemampuan daya pikirnya (super rational), manusia juga memiliki keterapilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih (super sophisticated system of communication).

Kemampuan manusia untuk memahami dan membuat berbagai tanda (signs), simbol, gestur, atau simbol membuktikan bahwa orang memilikibudaya komunikasi tinggi yang bervariasi simbol-simbol sederhana seperti nada dan isyarat diubah menjadi simbol menjadi sinyal eter dan cahaya, seperti radio, televisi, internet dan sebagainya.

Teori Semiotika

Semiotika adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang mengkaji tanda. Pada disiplin ilmu semiotika ini menganggap bahwa fenomena -- fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan itu semua merupakan tanda -- tanda. Semiotik mempelajari mengenai atuan -- aturan, sistem -- sistem, serta konvensi -- konvensi yang memungkinkan tanda -- tanda tersebut mempunyai makna ataupun arti. Kajian semiotika ini berada pada dua buah paradigma, yaitu paradigma konstruktif dan paradigma kritis.

Secara etimologis atau asal -- usul bahasa, kata semiotik berasal dari kata Yunani Simeon, yang memiliki arti "tanda." Apabila dikaji secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek -- objek, peristiwa -- peristiwa atau kejadian -- kejadian seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Van Zoest (dalam Sobur, 2001, hlm. 96), semiotik memiliki arti sebagai "ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya."

Semiotik berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. Istilah kata semeion ini, sepertinya diturunkan dari kedokteran hipopraktik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial dalam bahasa inggris disebut "semiotics." Menurut Puji Santosa:

"Kata semiotik diturunkan dari bahasa inggris semiotics. Berpangkal pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Produksi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) bahwa orientasi pembentukan istilah itu ada pada bahasa inggris. Akhiran bahasa inggris -ics dalam bahasa Indonesia berubah menjadi dialektik atau dialektika. Nama lain semiotik adalah semiologi. Keduanya, memiliki pengetian yang sama, yaitu sebagai ilmu tentang tanda. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain."

Tanda itu sendiri memiliki arti sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah dari semiotik pertama kali diperkenalkan dari buah pikir seorang filsuf Amerika Serikat yang bernama Charles Sanders Peirce. Peirce mengembangkan semiotik dalam keterkaitannya dengan filsafat pragmatisme, ia menyamakan semiotik dengan logika. Dengan melalui buku yang ia tulis yang berjudul "How to Make Our Ideas Clear," semiotik merujuk kepada "doktrin formal tentang tanda -- tanda."

Sudah ada beberapa pakar susastra atau literatur yang mencoba mendefinisikan semiotik yang berkaitan dengan disimplin ilmunya. Dalam konteks susastra, Teeuw memberi batasan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi. Ia lalu menyempurnakan lagi batasan semiotik itu sebagai "model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun."

Peletak dasar atau para pelopor dari semiotik ini ada dua orang, yaitu Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure. Saussure (struktural) -- yang dikenal sebagai bapak ilmu bahasa modern, mempergunakan istilah semiologi. Sementara itu, Peirce (analitis), yang dikenal sebagai bapak semiotik -- memakai istilah semiotik. Kedua tokoh yang telah disebutkan sebelumnya, berasal dari dua benua yang berjauhan, Amerika dan Eropa. Mereka tidak saling mengenal, namun sama -- sama mengemukakan sebuah teori yang secara prinsipal tidak berbeda.

Gambar 2. Ferdinand de Saussure (Sumber: https://www.ebay.com/itm/303753147625)
Gambar 2. Ferdinand de Saussure (Sumber: https://www.ebay.com/itm/303753147625)

Charles Sanders Peirce telah menciptakan semiotika untuk memecahkan masalah dengan lebih baik inferensi (pemikiran logis); Tapi menurut Eko, Semiotika juga membahas masalah "penandaan" dan komunikasi. Semiotika berbicara tentang kedua hal ini sedemikian rupa sehingga batas antara semiotika dan teori komunikasi tidak begitu jelas. Meskipun jadi, antara kedua teori ini dalam pandangan Eco terdapat perbedaan tujuan dan metode. Komunikasi terjadi melalui tanda-tanda; dengan jadi, tidak mengherankan untuk melihat bahwa Sebagian besar teori komunikasi berasal dari semiotika. Akan, tetapi di satu sisi ada tanda-tanda bahwa itu berfungsi di luar situasi komunikasi, dan di sisi lain - berbeda dengan teori semiotik -- teori komunikasi diletakkan memperhatikan syarat-syarat penyampaian makna, yaitu pada saluran komunikasi. Berkat saluran komunikasi ini bisa dikatakan.

Teori yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce ini menjadi grand theory atau teori yang mendasari dalam semiotik. Peirce telah mengungkapkan semiotik secara menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Ia ingin mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan menggabungkan semua komponen kembali ke dalam struktur tunggal.

Menurut Aart van Zoest, semiotik merupakan studi yang mempelajari tentang tanda dan segala hal yang memiliki keterkaitan dengannya: cara berfungsi, hubungannya dengan tanda -- tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Secara khusus, Semiotika dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu (1) Sintaks semiotika, signologi Klasifikasi menurut karakter dan cara mereka bekerja sama Fungsi; (2) Semiotik semantik, studi aksen hubungan tanda-tanda dengan dan dengan rujukannya interpretasi yang dihasilkan; dan (3) pragmatis Semiotika, ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang memiliki makna hubungan antara tanda dan pengirim penerima Pesan lebih banyak Charles Sanders Peirce.

Pada dasarnya, pusat perhatian dari pendekatan semiotik adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yakni:

  • Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda merupakan buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang -- orang yang menggunakannya.
  • Kode atau sistem di mana tanda -- tanda disusun. Studi ini mencakup bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan.
  • Budaya darimana kode dan lambang itu beroperasi.

Pemahaman tentang struktur semiosis menjadi dasar yang tidak dapat diabaikan untuk penafsir yang mendalam upaya untuk mengembangkan pragmatisme. Semua penerjemah adalah mereka yang berkedudukan sebagai peneliti, pemerhati, dan peninjau objek yang dipahaminya. Dalam belajar objek yang dipahaminya, seorang juru bahasa yang jeli dan hati-hati, semuanya akan dilihat dari jalur logika, yaitu:

  • Hubungan penalaran denan jenis penandanya:

Qualisigns      : penanda yang bertalian dengan kualitas.

Sinsigns          : penanda yang bertalian dengan kenyataan.

Legisigns        : penanda yang bertalian dengan kaidah.

  • Hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya:

Icon     : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya (seperti pada gambar atau lukisan).

Index   : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang menyisyaratkan petandanya.

Symbol : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat.

  • Hubungan pikiran dengan jenis petandanya:

Rheme or seme                        : penanda yang bertalian dengan mungkin terpahaminya objek petanda bagi penafsir.

Dicent or decisign or pheme  : penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya.

Argument                                : penanda yang petanda akhir bukan suatu benda tetapi kaidah.

Pateda (2001, hlm. 29) mengungkapkan sekurang -- kurangnya terdapat sembilan macam semiotik, yaitu:

  • Semiotik analitik, yaitu semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotik itu berobjekkan tanda dan penganalisisnya menjadi ide, objek, serta makna. Ide nantinya akan dikaitkan pada suatu lambang, lalu diberi makna sebagai beban yang terdapat dalam lambang yang merujuk kepada objek tertentu.
  • Semiotik deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami pada masa sekarang, meskipun ada tanda -- tanda yang sejak dahulu kala tetap seperti yang disaksikan seperti sekarang tanpa adanya perubahan. Contohnya, langit yang mendung menandakan bahwa sebentar lagi hujan akan turun, ombak yang memutih di tengah laut menandakan akan datang ombak yang besar. Dari zaman dahulu kala hingga sekarang, tanda -- tanda tersebut tidak berubah baik dari segi makna ataupun tanda itu sendiri.
  • Semiotik faunal (Zoom Semiotik), yaitu semiotik yang khusus hanya memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan dari hewan -- hewan. Biasanya hewan -- hewan ini menghasilkan tanda -- tanda seperti suara atau gestur demi keperluan komunikasi dengan sesama. Namun, tak jarang ada tanda -- tanda yang bisa ditafsirkan manusia.
  • Semiotik kultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan tertentu. Masing -- masing budaya memiliki tanda -- tanda nya tersendiri yang membedakan antara satu budaya dengan yang lainnya.
  • Semiotik naratif, yaitu semiotik yang mengkaji sistem tanda dalam narasi yang mengambil wujud mitos atau cerita lisan.
  • Semiotik natural, yaitu semiotik yang mengkaji sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Ini banyak kita temui di kehidupan sehari -- hari. Sebagai contoh, gempa dan banjir menandakan bahwa manusia telah merusak alam di sekitarnya.
  • Semiotik normatif, yaitu semiotik yang mengkaji sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujudkan norma -- norma, seperti rambu -- rambu lalu lintas.
  • Semiotik sosial, yaitu semiotik yang mengkaji sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik yang berwujud kata ataupun yang berwujud kalimat. Dapat dikatakan semiotik ini menelaah sistem tanda dalam bahasa.
  • Semiotik struktural, yaitu semiotik yang mengkaji sistem tanda yang diwujudkan melalui struktur bahasa.

Semiotika dalam Komunikasi

Ilmu yang mempelajari tanda-tanda (signs) disebut Semiotika, ada juga yang menyebutnya Semiologi. Baik keduanya, semiotika dan semiologi memiliki konsep yang sama yaitu ilmu yang mengkaji tentang tanda. Tetapi semiotika lebih berkaitan dengan konsep yang digunakan oleh Charles Sander Peirce (1839--1914), sedangkan semiologi mengacu pada pengertian yang digunakan oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913).

Tugas komunikasi dalam sistem semiotika yaitu fungsi tanda dalam penyampaian pesan (message). dari pengirim (sender) pesan ke penerima (recipient) Tanda berdasarkan aturan atau kode tertentu. (Tinarbuko, 2009). Bapak semiotika adalah Charles Sanders Pierce mempresentasikan teori segitiga makna, atau Makna segitiga terdiri dari tiga unsur utama, yaitu tanda (tanda), objek dan interpretasi. Tanda adalah sesuatu bentuk fisik yang dapat dirasakan oleh panca indera manusia dan berhubungan (menunjukkan) hal-hal lain di luar tanda itu sendiri. Jika diuraikan dengan gambar, sebagai berikut.

Gambar 3. Segitiga Makna Peirce (Sumber: PENGANTAR TEORI SEMIOTIKA, 2022)
Gambar 3. Segitiga Makna Peirce (Sumber: PENGANTAR TEORI SEMIOTIKA, 2022)
Dengan skema seperti diatas, kita dapat mengambil contoh kata "kucing" sebagai tanda, sementara itu, sosok perwujudannya adalah objek kucing, serta interpretasinya ialah "hewan berbulu, lucu, jinak."

Gambar 4. Contoh Interpretasi Segitiga Makna Peirce (Sumber: PENGANTAR TEORI SEMIOTIKA, 2022)
Gambar 4. Contoh Interpretasi Segitiga Makna Peirce (Sumber: PENGANTAR TEORI SEMIOTIKA, 2022)

Tanpa kita sadari, dalam kehidupan sehari -- hari, seringkali kita berkomunikasi dengan menyebutkan tanda -- tanda (signs). Seperti yang berupa simbol, lambang, gestur, bahasa, dan lain -- lainnya dalam interaksi komunikasi.

Menurut Ferdinand de Saussure, tanda (sign) merupakan objek fisik dengen sebuah makna. Sebuah tanda (sign) terdiri dari penanda dan petanda (signifian and signifie). Penanda berarti citra tanda atau citra bunyi, petanda berarti konsep mental yang diajukan. (Fiske, 1990).

Bagi Roland Barthes, semiotika itu bertujuan untuk menerjemahkan dan menginterpretasikan tanda -- tanda (signs) baik verbal ataupun non-verbal.

REFERENSI

Darma, Surya dkk. (2022). PENGANTAR TEORI SEMIOTIKA. Bandung: MEDIA SAINS INDONESIA.

Ramdani, A. (2016). ANALISIS SEMIOTIKA FOTO BENCANA KABUT ASAP. Universitas Pendidikan Indonesia, 13 -- 15.

Nur, E. & Mudjiyanto, B. (2013). Semiotika Dalam Metode Penelitian Komunikasi. Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika dan Media Massa -- PEKOMMAS, 16(10), 73 -- 80.

Suherdiana, D. (2008). KONSEP DASAR SEMIOTIK DALAM KOMUNIKASI MASSA MENURUT CHARLES SANDERS PEIRCE. Jurnal Ilmu Dakwah, 4(12), 374 -- 380.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun