Kelompok 9 - Pada hari Sabtu, 22 Oktober 2022 mahasiswa KKN IAI Syarifuddin 2022 berbincang dan mencari informasi terkait mata pencaharian warga di Desa Kaliuling, Tempursari.Â
Mayoritas penduduk di sini adalah petani salak, kopi, dan cengkeh. Namun, kali ini peserta KKN mencoba mencari informasi tentang penghasilan warga petani cengkeh, terlebih khusus di RT 3 dusun Rojopolo, Kaliuling.
Peserta KKN IAI Syarifuddin 2022 itu terdiri dari Febri, Intan, Ela, dan Wahida. Mereka mencoba menelusuri kawasan dusun Rojopolo dengan berjalan dari posko ke arah Timur di mulai pukul 12.30 WIB.Â
Perkiraan jarak antara dusun Rojopolo dengan posko yang ditempati sekitar 5 kilometer dengan medan yang dipenuhi jurang curam, bahkan tak sedikit terdapat tebing tinggi mudah longsor.
Usai berjalan hampir 3 jam lamanya, mereka bertemu dengan ibu-ibu yang sedang mengambil cengkeh di depan rumahnya. Ia bernama ibu Ngatiyah umur 70 tahun yaitu seorang petani cengkeh. sembari menolong beliau, peserta KKN IAI Syarifuddin 2022 bertanya-tanya tentang  harga cengkeh, mulai dari yang termurah hingga paling mahal.
Lantas, karena saat ini musim hujan, apakah hal ini bisa mempengaruhi kualitas dan harga cengkeh di dusun Rojopolo, Kaliuling?
Menurut ibu Ngatiyah, harga cengkeh bisa menjadi murah apabila di musim hujan. Hal ini dikarenakan proses pengeringan cengkeh akan sangat lama, di samping pada musim hujan panen akan lebih lama dari biasanya.
"Ya juga tergantung cuaca kalau cuacanya itu terus-menerus hujan maka panennya akan lama sampai-sampai 1 lebih sampai 2 tahun," kata Bu Ngatiyah.
Selain itu, harga cengkeh kering itu biasanya lebih mahal dari pada  cengkeh yang basah. dengan demikian, di musim hujan warga Rojopolo lebih sering menjual cengkeh dengan keadaan masih basah dann hal ini berpengaruh pada harga.
"kalau keringnya itu harganya Rp120 per kg sedangkan kalau basahnya Rp40.000 per kg," lanjut beliau.