Beberapa waktu lalu, Rakyat Merdeka Online (RMOL) mewawancarai saya tentang Kicauan di Twitter yang sempat menghebohkan banyak kalangan, bahkan mendapat respon dari beberapa politikus, dna dimuat hari ini tadi pagi, Jum'at (31 Agustus 2012) pukul 09:57. Berikut petikan utuh WAWANCARA itu. Semoga bermanfaat.
Menurut bekas Mensesneg itu, kicauannya di twitter mengenai grasi kepada koruptor itu karena omongan Wamenkumham Denny Indrayana yang menyeÂrang orang dan membuat kegaduhan politik. “Kalau mengikuti logika yang diÂtulis Denny dalam twitternya bahwa advokat yang membela koruptor adalah koruptor. Maka setiap hakim yang membebaskan koruptor adalah hakim koruptor. Kalau diteruskan, maka presiden yang memberi grasi kepada koruptor adalah presiden koruptor,’’ paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Anda diminta membuktikan ucapan Anda di twitter, siapkah?
Soal bukti membuktikan, kita ikuti logika Denny saja yang mengatakan, advokat yang membela koruptor adalah koruptor, apakah itu perlu pembuktian. Itu kan nggak perlu pembuktian. Itu hanya stigma dan propaganda politik.
Konsekuensi dari ucapan itu, ya presiden yang memberi grasi koruptor itu presiden koruptor. Ini bukan wilayah hukum, tapi wilayah propaganda politik. Maka jangan mempropagandakan orang dong. Kalau mereka nggak mau diÂserang, jangan menyerang orang lain.
Sepertinya Anda terpancing dengan ucapan Denny Indrayana ya?
Banyak orang bilang ngapain saya meladeni. Tapi dalam ilmu propaganda politik itu keboÂhoÂngan yang diulang-ulang bisa membuat orang percaya. Itu kan propaganda. Misalnya, ada orang yang biasa memimpin doa, lama-lama ada yang memanggil pak kiai. Maka dia menjadi kiai walaupun ilmunya alakadarnya. Kalau terus menerus saya dibiÂlang sakit hati atau balas dendam, maka lama-lama orang akan menilai saya seperti itu. Padahal tidak sama sekali.
Anda kesal dengan kicauan Denny Indrayana?
Berkali-kali rezim ini mau mengerjain saya dengan berbagai cara. Tapi nggak berhasil. KemuÂdian menuduh saya menghalang-halangi pemerintah dalam memÂberantas korupsi dan membantu koruptor. Ada stigma yang dibuat pemerintah untuk saya. Saya melihat Denny itu hanya pionnya saja. Meski demikian saya beritikad baik. Saya ingin meluruskan apa yang dilakukan itu.
Meluruskan apa?
Denny harus menyadari imÂpliÂkasi dari ucapannya itu. Mereka ini melakukan propaganda dan agitasi. Saya paham itu. Saya ini mengajar propaganda politik dan perang urat saraf. Kalau saya memakai ilmu yang saya miliki, saya pikir mereka kelabakan. Kalau teknik itu saya gunakan, saya bisa porak-porandakan pemerintah. Saya melakukan ini hanya warning saja. Tapi kelihatannya sudah banyak yang kebakaran jenggot.