[caption id="attachment_324768" align="aligncenter" width="566" caption="Greysia Polii (kiri), Maria Febe Kusumastuti (tengah) dan Susi Susanti sedang menyaksikan pertandingan babak penyisihan grup Indonesia vs Singapore Thomas and Uber Cup 2014, http://badmintonindonesia.org"][/caption]
Selayang Pandang Profil Susi Susanti.
Susi Susanti yang memiliki nama lengkap Lucia Francisca Susi Susanti adalah legenda bulutangkis diera 90-an boleh dibilang pebulutangkis putri kebanggaan Indonesia. Namanya hingga kini masih tersimpan dibenak setiap orang. Tak heran, pebulutangkis asal Tasikmalaya, Bandung, selalu dijadikan idola para generasi bulutangkis di Indonesia hingga dunia. Tidak sedikit pebulutangkis putri dunia banyak yang ingin bertatap muka dengannya. Sebut saja pebulutangkis putri asal Jerman, Juliana Shenck. Pebulutangkis asal Eropa tersebut terharu ketika ia bisa menemui idolanya ditahun lalu. Juliana kecil, pernah memberi kado untuk kedua orang tuanya berupa gambar seorang wanita, di mana wanita yang di dalam gambar tersebut adalah dirinya yang sedang memegang raket. Ia mengungkapkan ingin menjadi seorang atlit bulutangkis dunia seperti idolanya, Susi Susanti. Pebulutangkis putri Ratchanok Intanon, pun demikian. Sejak kecil ia juga mengidolakan Susi. Juara 2013 dunia asal Thailand tersebut mungkin lebih baik dibandingkan Juliane. Bukan hanya berfoto dan bertatap muka dengan idolanya (Susi), ia juga pernah mendapat sentuhan Susi Susanti walau hanya sekejap.
Di masa karirnya sebagai seorang atlit, Susi Susanti adalah pebulutangkis yang disegani oleh atlit putri dari negara lain. Semua gelar bergengsi telah ia raih. Puncak keemasan Susi Susanti ketika memersembahkan medali emas pertama bagi kontingen Indonesia sepanjang keikutsertaan Indonesia di olimpiade tepatnya tahun 1992 silam. Atas prestasinya tersebut, pemerintah Indonesia memberi penghargaan Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama. Susi Susanti kemudian mendapat penghargaan The Badminton Hall of Fame tahun 2004. Susi Susanti kemudian memutuskan gantung raket pada tahun 1997 silam.
Meski kini sudah tidak lagi sebagai seorang atlit ataupun pelatih, tapi dedikasi dan kecintaannya terhadap olahraga tepok bulu yang telah membesarkan namanya tidak pernah surut dan dilupakan. Bersama suaminya, Alan Budi Kusuma, ia mendirikan perusahaan peralatan olahraga Astec (Alan Susi Technology). Dikepengurusan PBSI periode 2012-2016, Susi menjabat sebagai Staf Ahli Pembinaan dan Prestasi.
Thomas dan Uber cup 2008
Kejuaraan Thomas Uber cup pada tahun 2008, Indonesia bertindak sebagai tuan rumah penyelenggara. Susi Susanti kala itu dipercaya sebagai manajer tim Uber Indonesia. Berkat kehadirannya, Tim Uber Indonesia yang kala itu diprediksi hanya akan bertahan sampai babak penyisihan grup, ternyata mampu tampil hingga ke partai puncak. Selama tim Uber Indonesia bertanding, Susi Susanti tetap menjadi sorotan media. Hampir setiap kali kedatangannya, sorotan kamera tak pernah luput menampilkan wajah Susi Susanti di layar tv. Di partai semifinal dan final, entah sudah kali berapa ia mendapat sorotan media tv.
Olimpiade Beijing 2008
Olimpiade Beijing 2008 pun seperti itu. Berawal dari kesuksesan Maria Kristin Yulianti ketika mampu mengalahkan pebulutangkis putri asal Denmark yang kala itu merupakan kandidat kuat peraih medali Emas, Tine Baun Ransmusen dibabak ketiga dan Saina Nehwal (India) dibabak perempat final, nama Susi Susanti pun disebut-sebut oleh komentator jalannya pertandingan. Saat laga perempat final antara Maria Kristin (Indonesia) melawan Saina Nehwal (India) entah kali keberapa nama Susi disebut-sebut oleh komentator pertandingan.
Berikut beberapa ucapan komentator kala itu:
'Susi Susanti adalah seorang pahlawan'