Mohon tunggu...
Yusriani Asmiarti
Yusriani Asmiarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

berolahraga/topik tentang olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Catcalling Menjadi Salah Satu Sumber Trauma Bagi Perempuan

9 Mei 2024   22:30 Diperbarui: 10 Mei 2024   00:41 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata catcalling mungkin masih terdengar asing oleh sebagian masyarakat Indonesia, namun kejadian catcalling sudah banyak terjadi pada sebagian besar masyarakat di Indonesia, terutama perempuan. Kata catcalling sendiri memiliki arti yaitu sebuah tindakan yang dilakukan oleh sejumlah kelompok atau bahkan secara perseorangan yang bertujuan untuk menggoda seseorang ketika berada di ruang publik sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman terhadap target.

Tindakan catcalling bisa saja berupa siulan, godaan-godaan, penggunaan kata-kata kasar, mengomentari bentuk fisik perempuan yang tidak di kenal bahkan sampai melakukan hal-hal tak senonoh terhadap korban. 

Tindakan catcalling ini tidak hanya terjadi pada perempuan saja melainkan bisa terjadi pada laki-laki. Namun, hal ini sering menargetkan perempuan sebagai sasarannya. 

Pernyataan ini didukung oleh hasil Survei Pelecehan Seksual di Ruang Publik yang menyebutkan bahwa sebanyak 64 persen dari 38.766 perempuan mengalami pelecehan di ruang publik. Sementara untuk laki-laki memiliki persentase sebanyak 11 persen dari 23.403 laki-laki.

Mayoritas dari korban catcalling mengaku bahwa mereka pernah mengalami pelecehan secara verbal, seperti menerima komentar atas tubuh dan main mata. Tindakan catcalling ini tidak memilih waktu dan tempat, bahkan di dalam ranah pendidikan sekalipun hal ini bisa terjadi.

Mereka yang melakukan catcalling mungkin mengganggap hal ini sebagai hal yang sepele dan hanya sebagai candaan biasa, namun tanpa pelaku sadari catcalling ini sudah masuk kedalam pelecehan verbal, yang dimana hal ini bisa saja menimbulkan rasa risih dan tidak nyaman bahkan bisa menjadi trauma bagi korbannya. 

Rasa trauma yang bisa menyebabkan ketakutan ketika bepergian sendirian, perempuan akan merasa takut, risih, tidak nyaman ketika melewati sekelompok orang dan biasanya memilih untuk mencari jalan lain untuk menghindarinya. Dari fenomena tersebut kita sebagai perempuan akan berpikir, kenapa dalam kasus ini justru condong kepada perempuan yang menjadi sasaran?

Untuk menangani kasus ini seharusnya di tindak lanjuti oleh pihak yang berwenang, namun kebanyakan laporan yang di ajukan tidak mendapatkan respon seperti apa yang di harapkan, melainkan terkadang kasus seperti ini juga di anggap sepele oleh beberapa pihak yang bersangkutan.

Catcalling bukan hal yang bisa di sepelekan, ketika seseorang melakukan catcalling maka ia akan menunjukkan bagaimana dirinya beretika dalam ruang publik, bagaimana ia berperilaku di ruang publik. 

Maka dari itu tindakan catcalling tidak hanya di cegah dengan sekedar menjaga nilai diri seseorang melainkan juga menanamkan etika pada diri seseorang serta bagaimana berperilaku di tempat umum.

Jika kasus catcalling ini semakin di biarkan dan tidak ada upaya pencegahannya maka tindakan-tindakan seperti ini akan di anggap normal pada kehidupan masyarakat dan akan semakin banyak pula korbannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun