Mohon tunggu...
Yusran Yaman
Yusran Yaman Mohon Tunggu... karyawan swasta -

twitter @yoes_endekan\r\nEnrekang, 17-01-1985

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah Preman Sudah Insaf???

28 September 2015   15:47 Diperbarui: 28 September 2015   17:52 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

kata preman insaf mungkin hanya ada di judul sebuah komedi situasi yang tayang di stasiun TV swasta Indonesia. tapi hari ini saya benar-benar terkejut dengan aksi para preman yang melakukan teror terhadap warga di Lumajang. menurut informasi dari media online (http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/09/28/nvdeah361-ini-kronologi-pembunuhan-sadis-petani-lumajang-part1 & https://news.detik.com/berita/3029853/gubernur-jatim-minta-polisi-ungkap-pembunuhan-petani-anti-tambang-lumajang ), betapa sadisnya perlakuan preman terhadapa 2 warga yang menolak adanya tambang di daerah mereka. warga lainnya tak mampu mengatasi hal ini yang secara terang-terangan dilakukan di pagi hari dan dihadapan semua warga. sudah hilangkah rasa iba warga atau iba nya lebih sedikit dari rasa takut mereka...?? dimana para pemimpin mereka disaat situasi dan kondisi saat ini. dan haruskah semua diselesaikan dengan jalan kekerasan..??

kita masih memiliki pemimpin, dan setiap tingkatan mulai dari RT, RW, desa hingga negara memiliki pemimpin. salah satu fungsinya adalah melindungi warganya, meningkatkan kesejahteraan warganya. dimana para pemimpin tersebut disaat warganya membutuhkan mereka. hal ini yang menjadi pertanyaan besar saya, karena para preman sempat membawa salah satu korban ke balai desa. apakah tidak ada pemimpin disana..??? entalah..?? mungkin hanya rasa takut dan cemas sehingga mereka tidak hadir disaat-saat genting seperti itu. ataupun mungkin juga pemimpinnya gerah dengan ulah warganya yang menolak tambang tersebut dan secara tidak langsung mungkin mendukung apa yang dilakukan para preman tersebut

miris, hanya itu yang bisa saya katakan. sangat miris, walaupun saya tidak mengetahui secara pasti persoalan pertambangan tersebut, tetapi haruskah warga menjadi korban dari konspirasi untuk menambah pendapatan daerah...? memang ada yang harus dikorbankan, tetapi nyawa mungkin tidak sepadan dengan keuntungan yang didapatkan dari pertambangan. hal-hal semacam ini harusnya dapat menjadi masukan bagi para pemimpin bahwa menerima masukan dari warganya sangat perlu didengarkan. mendengar keluhan, masukan, dan eksekusi adalah tugas para pemimpin. hal in saya rasa sangat dapat di diskusikan sehingga semua pihak dapat menerima dengan logowo.

semoga ini adalah hal yang terakhir dinegeri ini. tidak ada lagi hal-hal seperti ini yang akan terjadi dimanamun di negeri ini. ini harapan kita semua. rasa aman harus dijamin oleh para pemimpin. pemimpin harus hadir disaat warganya membutuhkan.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun