Pokoknya, kata dia, ribuan ikan mas yang ditebar di kolam itu dimanjakan, sebelum dijebak para pemancing.
Selain itu BHS pun dilengkapi jaringan kolam pemeliharaan ikan di Kabupaten Subang. Jaringan ini terdiri atas belasan kolam, yang airnya langsung dipasok dari mata air pegunungan.
Secara berkala, ikan-ikan yang sudah "dikaryakan" di kolam pancing, dikirim ke sini untuk pemulihan. Mereka ditempatkan di kolam-kolam tertentu sesuai kriteria usia, bobot dan cedera yang diderita.
Semua itu, kata H Hardi, demi memanjakan ikan yang berarti sama juga dengan memanjakan pemancing. "Mereka kan yang menghidupi kami. Jadi, kami pun harus memuliakannya," ujar Hardi.
Dengan demikian, tambahnya, apa yang berlangsung di arena pemancingan ini sejatinya adalah merawat budaya memancing warisan moyang melalui pendekatan kekinian.
Ia ingin apa yang dibangunnya memberi dampak positif bagi sesama. "Karena areal ini dibangun dengan niat berbuat sesuatu untuk kampung halaman, yang bisa dikenang anak cucu," ujar pensiunan yang pulang kampung ini.
Selain mengembangkan usaha berbasis kultur memancing, kolam ini pun kini jadi ikon wisata baru di Sumedang.
Sebagai pusat keramaian, kehadiran BHS juga memberi efek ekonomis bagi kehidupan warga sekitar. Sekitar 200 tenaga kerja diserap di sini, hampir semuanya warga setempat.
Setiap tahun, saat idul Fitri, Idul Adha, dan tahun baru, pihak pengelola selalu membuka pintu untuk kegiatan sosial. Bagi-bagi sembako, kurban, hingga pesta rakyat ganti tahun. Kecuali akhir tahun ini, karena masih pandemi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H