Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tarian Cerdik Partai Beringin

7 Oktober 2014   21:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:01 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14126661791441798384

[caption id="attachment_364673" align="aligncenter" width="650" caption="suasana kampanye Partai Golkar beberapa waktu lalu (foto: www.klikpositif.com)"][/caption]

JIKA definisi klasik politik adalah siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana, maka dari semua partai di parlemen, hanya Partai Golkar yang justru bermain paling cantik. Jika partai lain memasuki gelanggang politik dengan dendam kesumat, maka Golkar justru tenang-tenang saja. Setelah mendapat posisi Ketua DPR, diperkirakan akan jadi salah satu unsur pimpinan MPR, lalu merebut jatah kursi menteri, hingga akhirnya berbalik haluan politik. Hah?

***

DI gedung parlemen yang berkubah hijau itu, saya bertemu sahabat itu. Ia kini bukan lagi sahabat yang dahulu sama-sama menjelajah ke sudut-sudut kampus dalam keadaan kere. Kini ia bersalin rupa menjadi anggota DPR RI. Saat bertemu, saya bisa merasakan aroma parfum mahal yang wangi di tubuhnya. Sungguh beda dengan beberapa tahun silam, ketika bau keringat memancar dari tubuhnya yang berpeluh.

Ia datang bersama beberapa staf ahli. Kami menyeruput cokelat panas sembari bercerita tentang situasi politik. Ia memperlihatkan pesan yang dikirimkan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie yang mengundang rapat demi membahas komposisi pimpinan MPR. Terhadap undangan itu, ia hanya berujar singkat, "Arena itu mudah ditebak. Pasti milik Koalisi Merah Putih (KMP). Bisa jadi, Demokrat mendapat jatah ketua," katanya singkat.

Hari itu, ia tak tertarik membahas dinamika siapa yang menang-kalah. Ia menjelaskan tentang langkah-langkah Golkar yang cukup strategis ketimbang partai lainnya. Penjelasannya menarik. Partai Burung dan Partai Banteng sama-sama memasuki arena parlemen dengan dendam kesumat. Mereka berpikir bahwa mereka adalah pengatur ritme atas tarian politik yang lain. Keduanya justru tak melihat kemungkinan betapa lincahnya tarian partai-partai lain di antara keduanya.

Sesat pikir yang melanda Partai Burung dan Partai Banteng adalah sama-sama menganggap arena ini dikendalikan oleh mereka. Padahal, partai lain tengah mengintip posisi dan membidik kue jabatan dan kuasa tertentu. Memang, ada Partai Demokrat yang memosisikan dirinya sebagai penengah, meskipun ujung-ujungnya jadi penopang koalisi pimpinan partai burung. Akan tetapi, posisi seperti itu justru melahirkan ketidakpercayaan. Posisinya menjadi tanggung. Di satu sisi mengklaim sebagai penyeimbang, namun langkah-langkah politiknya sudah bisa dibaca sejak awal.

Sementara Golkar justru bermain lebih cantik. Partai itu sukses memaksimalkan dukungan koalisinya demi menaikkan kadernya menjadi Ketua DPR RI. Tak hanya itu, partai itu juga sukses menaikkan satu kadernya sebagai bagian dari unsur pimpinan MPR.

"Dalam waktu dekat, akan ada kejutan besar dimainkan partai ini. Kejutan itu adalah ketika memilih berbalik haluan dan mendukung pemerintahan. Isunya sudah sangat kencang, tapi semua bisa menahan diri dan menunggu waktu yang tepat," katanya.

Pernyataan sahabat ini memang menarik untuk dianalisis. Ia menginginkan transisi yang mulus. Sebagaimana dicatat sejarawan David Reeve, Partai Golkar adalah partai yang sanggup beradaptasi pada berbagai situasi. Tadinya, Golkar memberi stempel pada semua kebijakan Soeharto, namun pada saat reformasi, partai ini justru sukses berbalik arah. Tanpa sedikit pun rasa bersalah atas praktik politik Orde Baru, partai ini sukses memenangkan wacana sehingga selalu menempati posisi penting.

Di tahun 1998, partai ini bisa berbalik dengan cepat, lalu mendukung slogan "paradigma baru". Tokoh militer tersingkir, lalu sejumlah pengusaha mengambil alih pimpinan. Biasanya, karakter para pengusaha lebih fleksibel dalam membaca zaman, mengubah posisi, lalu menyatakan dukungan pada tokoh lain. Politik yang dimainkan Golkar adalah memaksimalkan semua peluang menjadi keuntungan buat partai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun