Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perempuan Seksi di Wat Chalong

19 Januari 2014   09:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_316794" align="aligncenter" width="576" caption="satu sudut di kuil Wat Chalong, Phuket, Thailand"][/caption]

SELALU saja ada magnit berbeda atas benda atau sesuatu yang terkait dengan seorang manusia suci. Di Kuil Wat Chalong yang terletak di Phuket, Thailand, aku tergetar ketika menyaksikan sekeping tulang Sidharta Gautama. Aku juga terkenang dengan seorang perempuan yang menunjukkanku makna empat perjalanan Budha.

***

BUNYI petasan bersahut-sahutan ketika aku memasuki kawasan Wat Chalong. Bagi umat Budha, bunyi petasan memiliki makna spiritual tentang doa-doa yang dilepaskan ke langit. Bunyi petasan itu terdengar dari sebuah tungku di dekat kuil utama, tempat umat Budha berdoa di hadapan patung tiga biksu. Dari 29 wihara, atau sering disebut wat, di Phuket, Wat Chalong adalah yang terbesar.

Wat Chalong ini terdiri atas tiga bangunan utama. Bangunan pertama adalah kuil tempat berdoa, bangunan kedua adalah kuil berlantai tiga yang menyimpan banyak patung Budha serta tulang sang Budha, sedang kuil ketiga berfungsi sebagai tempat penahbisan para biksu. Ada lagi satu bangunan kecil yang serupa aula bagi pengunjung kuil.

Hampir semua bangunan berwarna keemasan dengan ukir-ukiran yang unik dan khas Thailand. Selain warna emas, warna merah juga nampak dominan. Di kuil itu, banyak biksu berdatangan untuk berdoa. Banyak pula turis yang datang untuk beribadah. Namun, masih lebih banyak turis yang datang untuk melihat-lihat sekeliling, kemudian memotret.

Aku lalu memasuki kuil utama. Di tengah bunyi petasan yang keras terdengar, aku mencium bau hio atau dupa yang khas. Sejumlah orang datang berdoa. Mereka terlebih dahulu mengambil hio di depan pintu, membakarnya, lalu masuk ke dalam untuk berdoa. Beberapa wanita muda bermata sipit kulihat memasukkan sejumlah kayu ke dalam wada kecil, lalu menggoyangnya hingga terlepas. Setelah itu, mereka lalu mendekati patung biksu yang seolah sedang memberikan pemberkatan.

[caption id="attachment_316795" align="aligncenter" width="576" caption="atap bangunan"]

1390098460244073444
1390098460244073444
[/caption] [caption id="attachment_316796" align="aligncenter" width="576" caption="berpose di depan patung-patung Budha"]
1390098501582060296
1390098501582060296
[/caption] [caption id="attachment_316798" align="aligncenter" width="576" caption="tampak luar"]
1390098569237834598
1390098569237834598
[/caption]

Di tengah suasana sakral itu, aku melihat seorang perempuan berambut pirang yang memotret semua kejadian. Rambutnya dikepang satu. Ia memakai baju tak berlengan, serta celana pendek. Ia nampak seksi. Ia juga membawa kamera jenis Nikon, sama dengan yang kutenteng. Ketika kudekati, ia tersenyum lalu mengajakku keluar ruangan. Ia lalu bercerita tentang perjalanannya menelusuri pantai-pantai di Phuket hingga akhirnya menemukan kedamaian ketika berada di Wat Chalong.

"Aku bukan seorang pemeluk Budha. Tapi entah kenapa, setiap kali aku berada di tempat ini aku menemukan kedamaian," katanya. Ia menyebut dirinya berasal dari satu negara i Eropa. Ia datang ke Phuket seorang diri demi mencari kedamaian. Ia mengingatkanku pada penulis Elizabeth Gilbert yang melakukan perjalanan ke Italia, India, dan Indonesia demi mencari kedamaian hati.

Kami berbincang akrab. Ia lalu mengajakku masuk ke gedung kuil berlantai tiga. Kuperhatikan sekeliling. Ternyata ada aturan tak tertulis agar pengunjung harus sopan di ruangan itu. Meski panas terik, warga asing dilarang unuk memakai pakaian yang terlampau seksi. Semua orang mesti respek dan menghormati makna wihara sebagai oase spiritualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun