Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jejak Jepang di Sawah Kita

14 April 2015   08:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_409842" align="aligncenter" width="600" caption="padi yang berjajar rapi"][/caption]

DI banyak desa-desa kita, sawah-sawah nampak hijau dan tanaman padi berbaris dengan rapi. Siapa sangka, di balik keindahan sawah-sawah kita yang tertata itu, terdapat cerita tentang kontribusi bangsa Jepang saat menjajah bangsa kita. Inilah berbagai kisah menarik yang ditemukan oleh sejarawan Jepang Aiko Kurasawa.

***

SEBUT saja nama pria itu adalah Kenji. Ia seorang insinyur pertanian Jepang yang didatangkan ke Jawa pada tahun 1942. Ia bertugas untuk menjalankan misi penting yakni meningkatkan produksi pertanian di Jawa demi menyuplai kebutuhan Jepang pada perang Pasifik.

Jepang datang ke Jawa dengan membawa pasukan sebanyak 10.000 hingga 15.000 tentara. Sebagian besar pasukan itu lalu dibawa ke front pertempuran di Pasifik. Pertempuran itu membutuhkan logistik yang cukup besar. Mesti ada upaya agar para prajurit mendapatkan pakan yang cukup, sekaligus bisa menggenjot ekonomi daerah jajahan.

Demi tujuan perang itu, Jepang datang ke Indonesia sembari membawa janji-janji tentang kemerdekaan. Demi angan-angan kemerdekaan, Jepang mendapatkan simpati anak negeri. Jepang lalu masuk ke desa-desa demi melakukan ekspoitasi ekonomi, serta menopang kebutuhan perang. Tak hanya tentara, Jepang juga mendatangkan sejumlah insinyur untuk menata pertanian.

Kenji bertugas sebagai zosan shidokan atau pengawas peningkatan produksi, Ia bertugas di karasidenan Pekalongan. Sebagai insinyur, ia bekerja dnegan patokan ilmiah, melakukan riset, dan merekomendasikan sejumah program. "Tugas saya adalah meningkatkan produksi beras dan mendidik masyarakat untuk bertani dengan benar," katanya.

Kisah Kenji ini saya temukan dalam buku Kuasa Jepang di Jawa: Perubahan Sosial di Pedesaan 1942-1945, yang ditulis Aiko Kurasawa, terbitan Komunitas Bambu, tahun 2015. Buku ini sebelumnya menjadi disertasi di Cornell University yang berjudul Mobilization and Control: A Study of Social Change in Rural Java 1942 - 1945.

Di mata saya, buku ini sangat menarik sebab selama ini literatur tentang Jepang hanya mengisahkan tentang kekejaman tentara itu di masa perang. Ternyata, terdapat sisi lain dari perang, yakni sejauh mana transformasi terjadi di pedesaan, yang kemudian mengubah tatanan kelembagaan, serta dinamika kelembagaan warga desa.

[caption id="attachment_409843" align="aligncenter" width="600" caption="buku karya Aiko Kurasawa"]

14289745191332891993
14289745191332891993
[/caption]

Mulanya, negeri Sakura itu merasa frustasi melihat rendahnya produksi beras di Jawa. Mereka berambisi untuk memindahkan ilmu pertanian ke para petani Jawa. Yang dilakukan pertama adalah mendatangkan ahli pertanian yang bertugas untuk melakukan alih teknologi kepada petani. Jepang lalu mendidik dan melatih para perantara atau penyebar pengetahuan mengenai teknk pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun