[caption id="attachment_222338" align="aligncenter" width="576" caption="buku-buku yang tertata rapi di Athens Public Library, Ohio"][/caption]
DAHULU aku beranggapan bahwa perpustakaan adalah sebuah tempat berdebu yang memajang buku-buku, lorong-lorong sunyi dengan buku-buku lapuk, tempat yang hanya difungsikan untuk membaca. Kini, setelah melihat langsung beberapa perpustakaan umum di Amerika Serikat (AS), ternyata fungsi perpustakaan lebih dari itu. Perpustakaan bisa menjadi tempat yang sangat menyenangkan, tempat banyak orang berkumpul dan saling berbagi pengetahuan dan kegembiraan.
Istriku, Dwi, memiliki kebiasaan baru. Hampir setiap Rabu, ia akan mengajak anak kami Ara mengunjungi Athens Public Library di Athens, Ohio. Tadinya kupikir mereka hanya ingin mencari beberapa buku-buku anak yang bergambar lalu membaca di situ. Suatu hari, aku menemani mereka ke sana. Tahulah aku kalau mereka mengikuti acara Baby Stories yakni acara pembacaan cerita dongeng bagi bayi-bayi.
Pada hari itu, banyak ibu-ibu muda yang datang membawa bayi lalu berkumpul di aula perpustakaan umum. Ruangannya tidak begitu besar, namun amat ramai dengan celoteh atau tangisan bayi. Di tengah ruangan itu, terdapat seorang perempuan tua yang mendongeng sambil dilengkapi beberapa boneka. Para ibu muda serta beberapa pria bisa berkenalan dan berbincang akrab sembari memperhatikan anak kecil bermain.
Melihat aktivitas itu, aku berkesimpulan kalau ruang perpustakaan umum di Amerika bukan sekadar ruang baca, melainkan ruang untuk belajar, berbagi, bermain, serta menjalankan banyak aktifitas. Di hari ketika aku berkunjung, tersedia arena bermain bagi bayi dan anak-anak, disediakan pula minuman serta makanan berupa pop corn yang gratis dan bisa diambil kapan saja, serta berbagai aktivitas lainnya.
[caption id="attachment_222340" align="aligncenter" width="576" caption="anakku Ara sedang bercanda dengan Jacob di perpustakaan"]
Di tempat itu, aku juga menyaksikan aktifitas warga usia lanjut yang berkumpul bersama demi membaca puisi atau bercerita tentang pengalaman. Suasananya sangat menyenangkan sebab semua orang bergantian membaca puisi. Para warga usia lanjut bisa bertemu teman sebayanya, bisa saling berbagi informasi, hingga saling bernostalgia atau menceritakan tentang cucu-cucunya yang sedang bermain.
Aku lalu melihat papan pengumuman. Di situ tertera demikian banyak kegiatan di perpustakaan umum. Mulai dari latihan yoga, aktivitas merajut, latihan computer, pembacaan dngeng, hingga melihat bintang di malam hari. Aku lalu memutuskan untuk mengikuti acara campfire yakni kumpul di malam hari sambil melihat bintang, lalu bermain.
Sore hari, bersama istri dan bayi Ara, aku kembali ke perpustakaan itu. Di belakang perpustakaan, terdapat gundukan tanah yang membentuk lingkaran-lingkaran. Penduduk setempat menamakannya Amphitheater. Di tengah amphitheater itu terdapat api unggun. Ada pula seornag ibu yang bercerita tentang pengalaman prajurit yang menolak untuk membunuh siapapun. Kisahnya sangat mengharukan.
Semua penduduk yang datang, mengenakan pakaian dingin sebab suhu sudah mencapai kisaran dua derajat celcius. Kami lalu bergabung dengan mereka dan mengikuti acara pembacaan dongeng. Acara mendongeng hanya berlangsung sejam, selanjutnya adalah semua dipersilakan untuk mengamati bulan dan bintang.
Tak jauh dari amphitheater itu terdapat beberapa teleskop. Di setiap teleskop terdapat pegawai perpustakaan yang membantu menjelaskan kepada semua orang tentang bulan dan bintang. Aku pun ikut antri dan melihat betapa indahnya bulan di malam hari. Melalui teleskop itu, bulan terasa sangat dekat. Aku bisa melihat kawah-kawa serta dataran tinggi di bulan. Inilah pertama kalinya aku melihat bulan dari posisi yang sangat dekat.