Mohon tunggu...
Yusran Darmawan
Yusran Darmawan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tinggal di Pulau Buton. Belajar di Unhas, UI, dan Ohio University. Blog: www.timur-angin.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jejak Makassar di Thailand

5 Januari 2014   09:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08 1832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_313742" align="aligncenter" width="576" caption="berpose depan kuil Wat Chalong di Phuket, Thailand"][/caption]

DI tengah alam Thailand yang dijejaki gajah putih dan kisah kerajaan, terselip kisah tentang keperkasaan orang-orang Makassar. Seorang sejarawan Perancis mencatat bahwa pasukan Makassar pernah bertarung melawan ribuan pasukan gabungan Perancis dan Siam dalam satu pertempuran yang heroik. Kisah keberanian orang-orang Makassar terus dituturkan hingga kini di tanah Thailand.

***

DI satu perahu kecil yang membawaku ke laut Andaman, pria Thailand itu banyak bercerita tentang sejarah negerinya. Pria itu, yang sering kusapa Mr Ming, menjelaskan tentang Thailand yang tenang dan damai pada akhir perang dunia kedua. Ia bukan sejarawan. Ia adalah seorang tour guide yang hari itu kebagian tugas menemani turis-turis Indonesia di Phuket. Di akhir kisahnya, ia lalu bertanya tentang asal daerahku. Ketika kusebut Makassar, ia langsung terkesiap. "Apa kamu benar berasal dari Makassar? Apa kamu tahu sejarah Makassar yang hebat di tanah Siam ini?"

Saat itu aku menggeleng. Mr Ming lalu menjelaskan tentang sebuah lokasi di rerimbunan kota Bangkok yang bernama MAKASSAN. "Tempat menyimpan sejarah orang-orang Makassar di Thailand. Kamu mesti mencari tahu tentang kisah itu. Kisah orang Makassar memiliki tempat istimewa di tanah ini," katanya.

Thailand memang menyimpan banyak pertalian dengan Nusantara. Sehari sebelumnya, Mr Ming mengajakku mengunjungi satu perkampungan terapung di laut Andaman. Di situ, aku mendapat penjelasan kalau warga kampung terapung itu dahulu adalah orang-orang Melayu yang kemudian bermigrasi ke Thailand. Meskipun mereka diwajibkan untuk berbicara dalam bahasa Thailand, banyak dari mereka yang hingga kini masih bisa berbahasa Melayu.

Pernah pula, Mr Ming mengajakku mengunjungi kuil Wat Chalong. Di dekat kuil itu, aku menyaksikan rumah tradisional masyarakat Phuket. Rumah itu berbentuk rumah kayu dengan tangga-tangga. Konstruksi rumah itu sangat mirip dnegan rumah-rumah kayu di Indonesia. Saat melihat rumah di dekat kuil itu, aku teringat pada balla kayua, rumah tradisional orang Makassar. Apakah memang ada pertalian sejarah antara Thailand dan Makassar?

[caption id="attachment_313743" align="aligncenter" width="576" caption="salah satu rumah tradisional Thailand yang berbentuk rumah kayu"]

1388886488473422923
1388886488473422923
[/caption] [caption id="attachment_313744" align="aligncenter" width="576" caption="gambar Raja Thailand yang bisa ditemukan di mana-mana, termasuk di depan sebuah toko"]
1388886557943313305
1388886557943313305
[/caption]

Sayangnya, Mr Ming tak menjelaskan leih jauh tentang pertalian sejarah itu. Aku lalu mengontak seorang kawan bernama Phim. Ia adalah sejarawan muda Thailand yang tengah menempuh studi di Amerika Serikat. Ia menjelaskan tentang kampung Makassan yang kini menjadi satu wilayah elite di  Bangkok. Ketika kutanya sejarah kampung itu, ia berkisah bahwa di situ pernah ada satu kisah kengerian dan kisah keberanian yang dituturkan hingga kini.

Penjelasan itu tak membuatku puas. Akhirnya kutemukan jawabannya pada buku yang ditulis sejarawan Perancis Bernard Dorleans. Buku yang telah diterjemahkan oleh KPG dan diberi judul Orang Indonesia dan Orang Perancis itu memuat kesaksian seorang prajurit Perancis bernama Claude de Forbin yang dikirim ke Siam oleh Raja Louis XIV bersama 6 kapal dan satu detasemen militer yang beranggotakan 636 orang.

Meskipun labelnya adalah kerjasama, Claude de Forbin dan pasukannya didatangkan sebagai serdadu untuk membela kehormatan Raja Siam Phra Narai, yang saat itu berkedudukan di Ayuthaya. Pada masa itu, keadaan di Siam penuh dengan intrik. Banyak perselisihan serta ancaman kudeta yang dihadapi Raja Siam yang menyadari betul bahwa kekuasaannya tak mengakar kuat. Sang raja lalu meminta pasukan Perancis untuk memperkuat pertahanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun