Acara selanjutnya adalah bermain dan belajar. Semua anak-anak dibagi berdasarkan usianya. Masing-masing kelompok dipandu oleh beberapa orang dewasa. Beberapa kelompok bermain di lapangan. Masing-masing anak mengenakan gelang yang bisa menyala dengan warna-warni sehingga bisa dikenali. Aku juga melihat kelompok yang menyusuri pesisir dekat sungai. Para anak-anak itu diperkenalkan tentang sungai serta binatang-binatang yang ada di sekitar sungai. Mereka belajar sambil beraktivitas.
[caption id="attachment_222342" align="aligncenter" width="576" caption="berbagai kegiatan terpampang di papan ini"]
Makna Perpustakaan
Sepulang dari situ, aku membayangkan bagaimana nasib perpustakaan di tanah air. Hampir semua orang tahu bahwa di tanah air, perpustakaan umum, apalagi perpustakaan yang berlokasi di daerah adalah tempat yang berdebu dan kusam. Perpustakaan serupa gudang tempat menyimpan buku-buku dengan koleksi yang tidak pernah di-update. Perpustakaan hanya berisi ruang buku, serta ruang baca. Itupun suasananya sangat kusam dan kaku.
Sementara di tempat seperti desa kecil Athens di Amerika, perpustakaan adalah jantung kegiatan warga. Perpustakaan dihidupkan oleh komunitas, menjadi tempat berinteraksi, serta membangun keakraban dengan banyak orang. Perpustakaan menjadi tempat memulai aktivitas, baik aktivitas yang berhubungan dengan sharing pengetahuan, ataupun aktivitas bermain, yang juga menguatkan inteligensi seorang anak.
Yang mengesankan bagiku adalah kegiatan yang variatif serta menyentuh banyak lapisan usia, serta daya dukung komunitas, yang menjadikan perpustakaan tidak saja sebagai tempat untuk membaca semua buku terbaru, namun juga kesadaran untuk menjaganya bersama, serta mengisinya dengan beragam aktivitas yang bisa menguatkan solidritas serta menjalin keakraban dengan banyak orang.
[caption id="attachment_222345" align="aligncenter" width="576" caption="istriku memandang bulan melalui teleskop"]
Mungkin ini makna perpustakaan yang hilang di masyarakat kita. Mungkin ini pula cerminan kemajuan berpikir satu komunitas, menunjukkan sejauh mana apresiasi mereka pada ilmu pengetahuan, serta menunjukkan solidaritas dan kecintaan masyarakat satu sama lain lewat kegiatan bersama. Pada akhirnya aku berpikir bahwa hidup mati satu perpustakaan senantiasa bergantung pada masyarakat atau komunitas di sekitarnya.
Ketika masyarakat mencintai ilmu pengetahuan serta memiliki niat berbagi pengetahuan, maka perpustakaan akan menjadi jantung utama semua aktivitas. Dan ketika masyarakat hanya memikirkan politik dan kekuasaan, dan tidak mencintai ilmu pengetahuan, maka perpustakaan akan menjadi tempat berdebu yang dipenuhi sarang laba-laba. Entah, kita berada di titik mana.(*)
Athens, November 2012
[caption id="attachment_222347" align="aligncenter" width="576" caption="saat aku belajar mendongeng untuk Ara. Lucu gak?"]