Mohon tunggu...
Yus R. Ismail
Yus R. Ismail Mohon Tunggu... Penulis - Petani

suka menulis fiksi, blog, dan apapun. selalu berharap dari menulis bisa belajar dan terus belajar menjadi manusia yang lebih manusiawi.... berdiam dengan sejumlah fiksi dan bahasan literasi di https://dongengyusrismail.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jenazahnya Diantar Ratusan Kucing

28 April 2019   06:42 Diperbarui: 28 April 2019   06:45 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: tafsirmimpikucing.blogspot.com

Perumahan tempat saya tinggal lebih dekat ke pinggir hutan dibanding ke kota. Mungkin karena agak terpencil, entah kapan awalnya, di seputar situ menjadi tempat pembuangan kucing. Kucing liar yang terbuang itu akhirnya mencari makan di sekitar perumahan. Bila mereka sedang berkumpul, puluhan ekor bisa terlihat bersamaan.

Tentu saja makanan sisa dari rumah-rumah jadi diperebutkan oleh kucing-kucing liar itu. Mungkin karena tidak cukup, banyak kucing yang berantem, terluka. 

Kucing mencuri makanan juga sudah bukan hal yang aneh. Bukan hanya makanan di dapur yang dicuri, anak-anak ayam mulai diburu, ikan-ikan hias di kolam depan rumah ditangkap. Banyak orang yang mulai marah. Setiap melihat kucing liar mereka mulai melempar dengan kayu sampai menembaknya dengan senapan angin.

Saat seperti itulah Nenek Isah yang hidup sebatang kara menjadi penyelamat kucing-kucing liar dan amarah penduduk perumahan. Nenek 65 tahun yang di rumahnya membuka warung kecil itu mulai sering memberi makan kucing liar. Tidak saja sisa makanannya yang diberikan, tapi sudah sengaja membuat makanan untuk kucing-kucing liar itu. Hampir dua hari sekali Nenek Isah pergi ke pasar berbelanja. 

Dia tidak pernah lupa membeli kepala ikan pindang untuk kucing-kucing liarnya. Menanak nasi selalu lebih dari biasanya. Ya, karena setiap dia makan, kucing-kucing liar itu pun makan dengan nasi yang diaduk dengan ikan pindang goreng. Bila ada kucing terluka, Nenek Isah mengobatinya. Bila ada kucing melahirkan, anak-anaknya pun diurusnya sampai kucing-kucing itu dewasa.

"Sejak itu tidak lagi terjadi ada kucing liar yang dikejar-kejar lalu ditembak karena menerkam anak ayam," kata Pak Asip, penghuni perumahan generasi pertama. "Sekali waktu malah orang-orang bisa melihat pemandangan yang aneh. Rumah Nenek Isah, dari halaman sampai atap rumah, dipenuhi oleh kucing-kucing liar. Ternyata waktu itu Nenek Isah sakit.

Beberapa tahun kemudian, saat Nenek Isah meninggal, Pak Asip yang ikut menggali liang lahat menuturkan, di kebun-kebun sekitar pemakaman memang terlihat satu dua ekor kucing. Saat jenazah datang yang orang-orang merasa heran. Ratusan kucing melihat penguburan dari kebun-kebun di sekitarnya. Mungkin mereka mengantar kepergian Nenek Isah, orang yang selama ini mencintai mereka. **

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun