Mohon tunggu...
Yus R. Ismail
Yus R. Ismail Mohon Tunggu... Penulis - Petani

suka menulis fiksi, blog, dan apapun. selalu berharap dari menulis bisa belajar dan terus belajar menjadi manusia yang lebih manusiawi.... berdiam dengan sejumlah fiksi dan bahasan literasi di https://dongengyusrismail.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Kabayan Dapat Hadiah

19 Februari 2019   07:37 Diperbarui: 19 Februari 2019   07:46 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokumen pribadi

"DP tidak ada. Tidak boleh. Begitu aturannya. Tinggal ke warung dan perlihatkan sendok tembok. Beres pembangungan toilet, lunasi semuanya."

Si Kabayan ngajak bersalaman karena setuju.

Besoknya Si Kabayan berangkat ke tempat kerja. Ada 10 orang warga yang diminta bekerja membangun toilet umum itu. Semuanya termasuk warga yang paling miskin di kampung itu. Warga yang kerjanya serabutan, tidak punya penghasilan tetap, dan tidak punya kebun, apalagi perusahaan.

Ya, begitulah instruksinya. Dana Desa dalam pelaksanaannya harus Padat Karya Tunai, artinya harus mempekerjakan warga yang tidak punya pekerjaan tetap atau warga yang berpenghasilan minimal.

Belum juga bekerja, betul saja sudah ada lalawuh (makanan) kopi dan kue-kue dan kupat-gorengan. Si Kabayan semangat membuat kopi, sarapan kupat-gorengan dan mengisap rokok nikmat sekali. Waktu Pak Kades berpidato Si Kabayan mengangguk-angguk seperti yang memperhatikan. Padahal sedang merasakan nikmatnya merokok sambil berjemur dengan perut yang kenyang.

Pekerjaan yang 10 orang itu termasuk bersemangat. Semuanya saling membantu dan mendukung. Termasuk Si Kabayan, karena tersemangati makanan dan rokok. Sepuluh hari kemudian toilet umum itu sudah berdiri. Sebelum pulang yang 10 orang itu dipanggil seorang demi seorang. Semuanya senyum-senyum gembira dikasih amplop. Si Kabayan juga begitu. Tapi waktu membuka isi amplop, bibir Si Kabayan langsung monyong. Waktu 9 orang warga lainnya pulang, Si Kabayan menemui Mang Ulis.

"Mang Ulis, kira-kira dong. Masa dibayar tiga puluh ribu sehari. Kan waktu Pak Presiden bubulusukan ke pembangunan Dana Desa, katanya upahnya harus normal. Bila tidak 100 ribu sebagai tukang, ya 80 ribu sebagai laden," kata Si Kabayan.

"Kata siapa?" Mang Ulis membentak.

"Kata koran. Waktu uing baca bungkus ikan asin juga begitu."

"Ingin upah segitu, pergi saja kerja di koran."

Si Kabayan penasaran. Upah Rp 300 ribu rupiah itu dikasihkan setengahnya ke Si Iteung, istrinya, setengahnya lagi buat ongkos ke kota. Si Kabayan mendatangi kantor koran. Tentu saja redaksi koran gembira waktu tahu perkara yang dibawa Si Kabayan. "Dana Desa di Kampung Si Kabayan Menyiksa Warga Miskin", begitu judul koran besoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun