Pada era tahun 80'an, acara "Gemar menggambar" asuhan Pak Tino Sidin selalu ditunggu-tunggu oleh para pemirsa TVRI. Waktu itu tayang di TVRI tiap selasa malam rabu. Saya bersama teman-teman sudah siap dengan peralatan menggambar. Dengan kertas dan pensil siap mengikuti langkah tiap langkah Pak Tino Sidin memberi pelajaran menggambar. Obyek gambar tiap kali tayang berbeda-beda seperti menggambar bebek, gajah, orang, pemandangan dll.
[caption id="attachment_328589" align="aligncenter" width="300" caption="Buku "][/caption]
Karena antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap tayangan "Gemar Menggambar" asuhan Pak Tino Sidin, banyak yang mengusulkan agar beliau membuat buku tuntunan "Gemar Menggambar". Beliau membuat buku tersebut supaya tidak terjadi sekat antara anak yang tidak berbakat menggambar dan yang dasarnya punya bakat menggambar. Istilah gemar menggambar bisa ditujukan kepada siapa saja.
Pada umumnya, anak-anak suka menggambar. Karena mereka memiliki imajinasi yang kuat atas penangkapan obyek-obyek yang diterima dari lingkungan sekitarnya. Anak-anak akan menggambar yang mereka suka dan yang mereka bisa. Oleh karena itu, kita sering melihat hasil gambar anak-anak tampak aneh, menggelikan dan lucu-lucu. Kita tidak boleh menghakimi hasil gambar anak-anak tersebut itu jelek atau tidak bagus. Biarkan anak-anak berkreasi sesukanya menurut penyerapan yang ia dapatkan.
Pak Tino Sidin telah memberikan pandangan yang bagus tentang bagaimana mengajari anak-anak menggambar. Beliau hanya ingin anak-anak gemar menggambar. Bukan menghakimi hasil gambar yang diperoleh anak-anak. Ini berdasarkan pengalaman beliau yang telah mengasuh anak-anak menggambar di sanggarnya. Hampir sebagian besar anak-anak asuhnya tidak berbakat menggambar. Analogi yang sama bisa juga untuk menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H